Friday, March 9, 2018

HIDUP TIDAK BERCACAT CELA (4)

Turutilah perintah ini, dengan tidak bercacat dan tidak bercela, hingga pada saat Tuhan kita Yesus Kristus menyatakan diri-Nya,  yaitu saat yang akan ditentukan oleh Penguasa yang satu-satunya dan yang penuh bahagia, Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan. (1Timotius 6:14-15)
Turutilah Perintah Tuhan
Turutilah perintah ini. Perintah di sini tampaknya dipergunakan sebagai kata yang luas artinya untuk Firman Allah (Alkitab seperti yang kita pahami pada saat ini). Kristus memakai perintah yang tegas untuk dikerjakan oleh orang percaya. (Yoh 12:50; 1Yoh 3:23,  2Yoh 1:6) Perintah yang dikemukakan ialah supaya kita percaya dan supaya kita saling mengasihi. Iman adalah suatu usaha seperti pada (Yoh 6:29). Percaya akan nama Tuhan Yesus Kristus dalam segala keberadaan-Nya, sebagaimana ditunjukkan oleh nama-Nya yang penuh kuasa. Karena perintah ini ditujukan kepada orang-orang Kristen, maka ini adalah nasihat untuk percaya kepada-Nya dalam segala sesuatu yang disediakan oleh-Nya bagi kehidupan Kristen, termasuk di dalam hal ini adalah percaya kepada mujizat-NYA.
Perintah Kristus juga agar kita mengasihi sesama kita dengan tulus hati, dan kerelaan untuk berkorban bagi sesama sebagai mana Kristus mengasihi umat manusia dan rela berkorban agar tersedia keselamatan (hidup kekal) bagi setiap orang yang yang percaya kepada-NYA. (Mrk 12:33) Kasih memang penting untuk mendasari sebuah relasi atar manusai. Kita bisa saja menaati firman Allah tanpa mengasihi Tuhan Yesus. Namun ketaatan demikian bersifat hampa. Sebaliknya bila kita mengasihi Tuhan maka otomatis kita menaati perintah-NYA. Selain itu kita harus mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri. Kemampuan mengasihi sesama ini bergantung pada pemahaman bahwa Allah mengasihi kita juga dan selanjutnya kita harus menyalurkan kasih ALLAH.  
Sebenarnya setelah menerima Tuhan Yesus Kristus, orang kristen harus konsisten memilih ALLAH yang akan dilayaninya (Rm 6:16).  Orang bisa saja kembali kepada dosa lama dan tidak lagi menentang kuasa dosa dalam kehidupan pribadinya dan kembali menjadi budak dosa yang pada akhirnya berakibat kematian rohani dan abadi (Rm 6:16,21,23). Orang percaya sebenarnya dapat dibebaskan dari dosa selamanya (Rm 6:17) dengan terus menyerahkan diri sebagai hamba Allah dan kebenaran dengan pengudusan dari Tuhan Yesus untuk mendapatkan hidup kekal  (Rm 6:19,22). Yang utama dalam hal ini adalah ketaatan dalam menuruti perintah Tuhan.
Sayang sekali adalah banyak orang yang tidak mempunyai komitmen kepada ke-Tuhanan Yesus Kristus dan tidak menentang kuasa dosa dalam kehidupan pribadi, maka orang yang demikian sebenarnya tidak berhak untuk menyebut Yesus Kristus sebagai Juruselamatnya (Rm 6:15-23). Karena jelas bahwa "Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan" maka orang harus menentukan pilihannya dengan tegas (Mat 6:24; Luk 6:46; 2Kor 6:14-7:1; Yak 4:4; 1Yoh 2:15-17).
Akhirnya penting untuk kita menjaga agar perintah Tuhan itu tidak bercacat dan tidak bercela,  artinya kita berkewajiban untuk mengajarkan dan menjalani hidup yang tidak bercela,  sampai pada saat Tuhan Yesus Kristus menyatakan diri-Nya kelak pada kehadiran-NYA kedua kali. Inilah titik puncak dari penekanan “eskatologis”, sebuah pengharapan akan hadirnya Tuhan Yesus untuk menyatakan diri-NYA dan mengadili umat-NYA yang telah mengerjakan perintah-perintah ALLAH  (1Tim 6:6; 2Tim 4:1).
Iman percaya kita harus dapat menyatakan kepercayaan bahwa kedatangan Kristus dapat terjadi dalam masa hidup kita sehingga kita akan senantiasa waspada. Tidak jemu-jemu kita juga harus dapat memberi semangat kepada orang percaya dalam generasi ini untuk menantikan dan mengharapkan kedatangan Kristus kembali selagi mereka hidup (Fil 3:20; 1Tes 1:9-10; Tit 2:13; Ibr 9:28). Mengasihi Tuhan serta merindukan kedatangan-Nya kembali dan kehadiran-Nya harus menjadi motivasi pokok dari kehidupan kita (Why 21:1-22:15).

Tuhan Yesus memberkati.


Pesan Pastoral: 25 Februari 2018
Marilah kita menjadi pribadi “SADAR” rohani yaitu dengan memberikan yang terbaik bagi ALLAH dalam hidup ini. Komitmen untuk tetap menuruti perintah ALLAH adalah hal penting yang harus kita pegang erat, karena hal ini akan banyak menghindarkan kita dari bahaya dosa yang dapat saja membuat kita jatuh berulang kali dalam berbagai macam persoalan hidup. Langkah terbaik saat jatuh dalam dosa adalah segera minta ampunan ALLAH bila kita tidak menaati perintahnya.

Winner Voice
Orang Kristen akan selalu konsisten untuk mengerjakan perintah ALLAH dengan taat.

Pengakuan Iman
Aku mau berusaha untuk menuruti perintah Tuhan dengan tidak bercacat dan tidak bercela, hingga pada saat Tuhan Yesus Kristus menyatakan diri-Nya,  sebagai Penguasa yang satu-satunya dan yang penuh bahagia, Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan. Amin (1Timotius 6:14-15)

HIDUP TIDAK BERCACAT CELA (3)



Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kata-Nya: "Hal Kerajaan Sorga itu seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di ladangnya. Memang biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar dari pada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang bersarang pada cabang-cabangnya." (Matius 13:31-32)
Hidup Dengan Beriman
Tuhan Yesus sangat konsisten dalam pengajaran yaitu untuk mengarahkan manusia kepada Kerajaan Sorga. Kerajaan Sorga harus menjadi fokus tujuan hidup setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus dimana disanalah ALLAH BAPA bertahta sebagai Raja di atas segala raja, penguasa seluruh alam semesta.
Jika ALLAH BAPA di Sorga adalah Raja di atas segala raja maka kita adalah anak Raja, karena ALLAH telah mengangkat kita sebagai anak-NYA (Rm 8:15; Gal 4:6). Hal ini harus membuat kita memiliki sikap dan perilaku baru yang disesuaikan dengan status yang telah diberikan ALLAH. Maka sebagai anak Raja janganlah lagi kita merasa takut akan apapun juga. Kita dapat menyerahkanlah segala kekuatiran kepada BAPA kita, sebab ALLAH yang memelihara hidup kita. (1Pet 5:7) ALLAH akan turut bertanggungjawab dan membereskan segala hal yang menjadi persoalan hidup kita, sungguh tidak patut lagi untuk kita mengeluh lagi sebaliknya harus bersukacita (Yud 1:16; Flp 4:4; 1Tes 5:16)
Sebagai anak ALLAH, kita juga tidak perlu lagi menjadi panik atau emosional dalam menghadapi perilaku buruk dari orang-orang jahat, percayakan saja pembalasan kepada ALLAH (Rm 12:19). Allah ingin membawa kita pada level Sorga, Tuhan tahu bagaimana harus bertindak atas kita karena sebenarnya kita ini adalah “biji mata –NYA” (UL 32:10; Mzm 17:8; Za 2:8). Hanya yang diperlukan dari kita adalah rasa percaya kepada ALLAH, harus ada iman dalam diri kita walaupun hanya sebesar “biji sesawi”.
Iman sebesar biji sesawi, walaupun kecil tapi bila bertumbuh akan menjadi pohon yang dapat menjadi tempat burung-burung bersarang (Mat 13:32). Sekalipun kita kecil pada pandangan orang lain tetapi jika di dalam Allah yang Maha Kuasa, kita menjadi pribadi yang luar biasa. Yang penting adalah iman kita harus bertumbuh, iman kita harus aktif dalam tindakan nyata dan dengan pertolongan Tuhan akan menghasilkan karya-karya luar biasa (Yak 2:20, 26), sehingga bermanfaat bagi orang banyak, orang-orang akan merasakan nyaman untuk tinggal bersama dengan diri kita.
Hidup sebenarnya bukan seberapa besar iman yang kita miliki tetapi bagaimana iman kita dapat bertumbuh, karena bukan hebatnya iman kita tetapi pada kehebatan ALLAH yang bertindak. Bagaimanakah iman dapat bertumbuh (Lukas 17:1-6) ? pertama adalah kita harus benar-benar mendapatkan Firman yang murni dan tidak disesatkkan oleh angin pengajaran.  (Luk 17:1-2; Rm 10:17; Ef 4:13-15).
Kedua adalah tidak menyimpan dendam, akar kepahitan, dan rasa sakit hati tetapi harus bersedia untuk memberikan pengampunan` (Luk 17:3-4). Hati kita harus cukup lunak untuk benih Firman dapat bertumbuh menjadi pohon iman yang kuat. Yang ketiga adalah teguh berpegang pada iman percaya kepada ALLAH dengan nyatakanlah dalam perkataan-perkataan yang positif. Kita perlu memperkatakan apa yang kita nyakinan dan bukan yang kita rasakan (Yos 1:8). Jangan sampai mulut kita mengucapkan yang negatif terhadap siapapun (“Bullying”) karena bisa saja itu melukai hati dan menjadi pijakan iblis untuk melakukan tindakan buruk.
Jangan kuatir bila orang-orang menganggap kita kurang pandai, tidak terpandang dan tidak menghargai jasa kita. Allah sanggup mengubah itu semua dan membalikkan keadaan. (1Kor 1:26-29; Yabes - 1Taw 4:10 dan Gideon – Hak 6:15-16). Tuhan sedang membawa kita hidup dalam standar sorga, sebagai anak-anak-NYA. Marilah kita bersikap seperti yang Tuhan Yesus inginkan sehingga Beliau berkenan kepada kita.

Tuhan Yesus memberkati.


Pesan Pastoral: 18 Februari 2018
Marilah kita menjadi pribadi “SADAR” rohani yaitu dengan memberikan yang terbaik bagi ALLAH dalam hidup ini. Marilah hidup dengan tidak bercacat cela dengan hidup dalam iman yang benar kepada ALLAH, Beliau yang akan mengangkat kita tinggi melampaui apapun yang dapat kita pikirkan atau menurut pandangan orang lain.

Winner Voice
Hidup orang beriman akan menyatakan kebenaran ALLAH dan bukan sekedar apa yang dirasakan saja.

Pengakuan Iman
Meskipun imanku sekarang hanya sebesar biji sesawi, tetapi apabila sudah tumbuh didalam Kristus, maka imanku menjadi semakin besar dan bertindak dalam otoritas ALLAH yang Maha Kuasa sehingga tidak ada yang mustahil untuk dilakukan, bahkan aku menjadi orang yang berguna dan dapat diandalkan oleh orang-orang disekitarku.  Amin (Matius 13:31-32)

HIDUP TIDAK BERCACAT CELA (2)



Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar dan rebutlah hidup yang kekal. Untuk itulah engkau telah dipanggil dan telah engkau ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi.  (1Timotius 6:12).
Perjuangan Iman
Orang percaya kepada Tuhan Yesus akan disapa sebagai "manusia Allah," yang serupa dengan sebutan "abdi Allah" bagi beberapa pemimpin Israel Perjanjian Lama seperti Musa, Samuel, Daud, dll. Sebagai abdi Allah ada tugas untuk memimpin jemaat Tuhan, maka kita harus menjauhi "cinta uang" dan berbagai kejahatan yang mengikutinya. Sebaliknya, ia harus mengejar sifat-sifat yang diperlukan untuk memenangkan perjuangan iman. (1Tim 6:11).
Penyebutan "manusia Allah" (1Tim 6:11), menunjukkan bahwa status kita bukan hanya manusia biasa tetapi seorang pemimpin harus dapat memberi teladan kepada semua orang. Dengan melihat cara hidup orang percaya maka di harapkan orang lain juga dapat mengikuti keteladanan dan menjadi manusia Allah juga. Karena itu manusia harus menjauhi semua hal yang buruk (dosa) selanjutnya sungguh-sungguh berusaha mengejar "keadilan, ibadah, kasih, kesabaran, dan kelembutan" (1Tim 6:11). Sifat Adil, suka beribadah, kasih, sabar dan kelembutan harus menjadi gaya hidup seorang manusia Allah.
Pada akhir jaman ini akan datang masa yang sukar. Dimana manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah. Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Karena itu Firman Tuhan tegas mengatakan agar kita menjauhi mereka itu! Atau janganlah kita bergaul akrap dengan mereka (2Tim 3:1-5)
Karena itu dunia adalah arena pertandingan (medan peperangan) orang percaya untuk berjuang mempertahankan imannya supaya tidak tergoda oleh perilaku duniawi. Dengan perilaku baik kita "merebut hidup yang kekal" (1Tim 6:12), bukan dalam arti mencapai keselamatan hidup kekal dengan usahanya sendiri, tetapi dalam arti menunjukkan bahwa kita memang sungguh-sungguh adalah pemenang dalam pertandingan iman melawan dunia. Karena cara untuk menjadi pemenang dalam pertandingan iman adalah menuruti "perintah Tuhan dengan tidak bercacat dan tidak bercela" (1Tim 6:14), dan memelihara orang-orang disekitar yang telah dipercayakan (1Tim 6:20). Pada akhirnya nama Tuhan Yesus akan dimuliakan perilaku baik orang percaya (1Tim 6:16).
Sebenarnya orang percaya dalam hidupnya saat mempertahankan iman yang benar terhadap serangan ajaran sesat adalah sama seperti sebuah pertandingan (atletik) (1Tim 6:12; 2Tim 4:7) bahkan dapat di sebut sebagai sebuah peperangan (1Tim 1:18). Iman disebut di dalam ayat ini sebagai "kebenaran" (1Tim 2:4; 3:15; 4:3), "ajaran kita" (1Tim 6:1), atau "harta yang dipercayakan" kepada hamba-Nya (1Tim 6:20; 2Tim 1:12,14). Dikatakan dalam ayat ini bahwa “Sebagian anggota jemaat telah menyimpang dari iman”, maka jelas perjuangan untuk mempertahankan iman itu semakin mendesak. Baik pertandingan maupun peperangan menuntut perjuangan keras dan tidak bisa hanya setengah-setengah saja.  
Kita harus mengejar "Keadilan dan ibadah" yang menyangkut sikap adil dalam relasi dengan orang lain, menyembah Allah dan bukan “mamon” (harta). sifat "kesetiaan dan kasih" menyangkut integritas serta kasih untuk melayani dan berkurban, bukan pemuasan nafsu sendiri. Selanjutnya sifat "kesabaran dan kelembutan" yaitu kesabaran dalam menghadapi situasi yang sulit dan dalam menghadapi orang-orang yang mendatangkan kesulitan.
Pertandingan dan peperangan ini dapat dimenangkan melalui perjuangan iman oleh setiap hamba Tuhan, dengan bersandar kepada kuasa Tuhan Yesus Kristus. Fokus kita dalam perjuangan iman ini adalah "hidup kekal"  yang telah diterima ketika kita bertobat ("dipanggil") dan dibaptis ("berikrar di depan banyak saksi"). Perjuangan iman yang  kita lakukan harus bersumber pada Allah dalam Tuhan Yesus Kristus. (1Tim 6:13-16)
Marilah kita mengikuti nasihat ini karena Yesus Kristus adalah "Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan" (1Tim 6:15). Fakta ini cukup kuat untuk menjadi dasar bagi tingkah laku kita sebagai orang Kristen. Prinsip itu juga harus berlaku bagi setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Hanya berharap sepenuhnya kepada Allah saja (1Tim 6:17-19) maka perbuatan baik kita menjadi tanda yang menghidupkan pengharapan untuk berjuang memenangkan pertandingan iman.  
Tuhan Yesus memberkati.

Pesan Pastoral: 11 Februari 2018
Marilah kita menjadi pribadi “SADAR” rohani yaitu dengan memberikan yang terbaik bagi ALLAH dalam hidup ini. Disaat kita lahir maka ALLAH telah memperlengkapi diri kita untuk menjadi pemenang dalam segla segi hidup, hanya orang yang menyerah dan tidak berbuat maksimal yang akan kalah.

Winner Voice
Orang Kristen harus mampu membuktikan bahwa dirinya adalah manusia Allah, yaitu manusia milik Allah dan pemenang pertandingan di setiap aspek kehidupan.

Pengakuan Iman
Sekuat tenaga aku akan bertanding dalam pertandingan iman yang benar dan merebut hidup yang kekal. Karena untuk itulah aku telah dipanggil dan telah aku ikrarkan ikrar yang benar di depan banyak saksi. Aminnn (1Timotius 6:12).

HIDUP TIDAK BERCACAT CELA (1)



Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan.  (1Timotius 6:11).
Mengejar Perkenan Tuhan
Manusia Allah adalah manusia milik Allah, dengan demikian seharusnya kita sebagai orang Kristen taat dan setia hanya kepada ALLAH. Ketaatan dan kesetiaan kita dapat ditunjukkan dengan menjauhi semua yang dilarang sehingga terhindar dari berbagai tindakan dosa. Sebaliknya kita harus melakukan semua yang diperintahkan Allah, maka dengan demikian kita menjadi manusia milik ALLAH yang berkenan kepada-NYA. Manusia milik ALLAH  akan penuh semangat bahkan menjadi agresif dalam mengerjakan perintah ALLAH, dalam hal ini adalah;  
a.       “Keadilan”: (Yun: δικαιοσυνη / dikaiosune).  Pengertian tentang keadilan dan kebenaran sangat dekat. keadilan berarti penyesuaian dengan hukum, khususnya Hukum ilahi. Keadilah adalah salah satu sifat ALLAH (Mzm 89:14), yang harus dikejar oleh ciptaanNya (Mik 6:8). Oleh sebab itu kita harus menyadari ada konsekwensi hukum dari setiap sikap hidup dan perilaku.
b.      “Ibadah”: (Yun: ευσεβεια eusebeia). Beribadah artinya menghormati Allah (Kel 20:16) yang dinyatakan dalam gerak isyarat dan perkataan tepat dan pantas, tetapi juga dituntut dalam sikap, perbuatan dan perilaku hidup yang sesuai dengan garis Tuhan (Am 5:21-24). Korban yang dipersembahkan kepada Allah merupakan bagian dalam ibadah (Kel 34:20; Ul 16:16; 1Sam 6:3).
c.       “Kesetiaan”: (Yun: πιστις / pistis / ) diartikan dengan iman percaya didefinisikan secara klasik dalam Ibrani 11:1, menegaskan bahwa berdasarkan iman orang percaya telah memegang segala realitas yang benar, sekalipun untuk sementara waktu belum terlihat. Realita itu adalah Allah pencipta alam semesta (Ibr 11:3), dan Allah adalah inisiator perjanjian yang sekarang digenapi dalam penyelamatan yang dibawa Yesus sebagai ‘yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan’ (Ibr 12:2).
d.      “Kasih”: (Yun: αγαπη / agape). Tuhan Yesus menggabungkan perintah kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama manusia (Ul 6:5; Im 19:18), dan lebih jauh dengan menekankan kewajiban untuk mengasihi musuh juga (Mat 5:43-46). Suatu kisah memperlihatkan bagaimana seorang perempuan yang membasuh kaki Yesus, telah begitu dibebaskan oleh pengampunan sehingga ia melimpahkan suatu kekayaan kasih yang besar (Luk 7:36-50).
e.       “Kesabaran”: (Yun: υπομονη / hupomone) dapat disebutkan juga sebagai ketekunan.  Sifat terpuji, sangat berharga dalam praktik hidup untuk menghindari perselisihan, juga dalam menertibkan perkara-perkara dunia dengan bijaksana, terutama jika terlibat dalam hal-hal yang menimbulkan amarah. Orang Kristen wajib menunjukkan kesabaran seperti kesabaran Allah, dalam hubungan satu sama lain (Mat 18:26,29; 1Kor 13:4; Ef 4:2; Ef 5:14), salah satu dari buah Roh Kudus (Gal 5:22). Kesabaran dalam hubungan dengan sesama harus sesuai dengan kesabaran (Yunani hupomone) dalam menghadapi penderitaan dan cobaan (Rom 5:3; 1Kor 13:7; Yak 1:3; 5:7-11; Why 13:10).  Kesabaran yg menyerupai kesabaran Yesus ini (Ibr 12:1-3) adalah karunia ilahi (Rm 15:5; 2Tes 3:5). Orang Kristen yg bertahan sampai akhir karena kesabarannya, akan selamat atau memperoleh hidupnya (Mrk 13:13; Luk 21:19; Why 3:10).
Pengertian tekun atau terus-menerus tabah yaitu tetap hadir untuk menjaga, seperti tentara pengawal pribadi (Kis 10:7). kata “Tekun” itu berkaitan dengan kesabaran atau ketetapan hati untuk mengikuti hidup kristiani, khususnya yg berkaitan dengan doa (Kis 1:14; 2:42,46; 6:4; 8:13; Rm 12:12; 13:6; Kol 4:2; Ef 6:18).
f.       “Kelembutan”: (Yun: πραοτης / praotes) merupakan salah satu dari buah Roh (Gal 5:23). Menyatakan perbuatan dengan cara hidup baik sesuai dengan hikmat dan kebijaksanaan (Yak 3:13). Memperlakukan orang lain dengan baik dan tidak bersikap kasar, termasuk dalam hal ini memberikan pengampunan serta tidak menaruh dendam (Kol 3:12-13).
Tuhan Yesus memberkati.

Pesan Pastoral: 3 Februari 2018
Marilah kita menjadi pribadi “SADAR” rohani yaitu dengan memberikan yang terbaik bagi ALLAH dalam hidup ini. Sangat panjang perjalanan untuk menjadi pribadi yang berkenan kepada ALLAH, maka harus segera dimulai dari sekarang dan tidak menunda lagi untuk mengejar perkenan ALLAH melalui sikap hidup baik sesuai dengan kehendak ALLAH .

Winner Voice
Berkenan dihadapan ALLAH adalah menjadi pribadi yang diinginkan Tuhan.

Pengakuan Iman
Seperti kata Tuhan Yesus maka aku mau mengasihi Tuhan, Allah, dengan segenap hatiku dan dengan segenap jiwaku dan dengan segenap akal budiku. Amin (Matius 22:37)

PANGGILAN UNTUK MENCINTAI TUHAN (4)



Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.(Matius 22:37)
Ahli Hukum Bertanya Tentang Hukum Yang Terutama
Semakin kita menelusuri kisah-kisah Yesus akan semakin kagum kita terhadap Beliau. Orang Farisi dan Saduki adalah ahli taurat yaitu orang yang ahli dalam penafsiran hukum Musa. (Mat 22:36). Para ahli hukum ini tampil lagi untuk mencoba mengukur pemahaman iman Yesus dan jawaban Yesus semakin membuat Beliau cemerlang di hadapan mereka dan orang banyak. Sebenarnya ketika orang-orang Farisi mendengar keadaan orang-orang Saduki yang sangat malu disebabkan oleh tanggapan Yesus mengenai masalah kebangkitan tentu cocok untuk orang Farisi (Mat 12:28-34; 2234). Tetapi, suatu kemenangan yang mudah dari Yesus tidak akan mereka sambut, karena mereka berbagi kebencian terhadap Yesus dengan orang Saduki. (Mat 22:35).
Tentang hukum terbesar dalam Taurat Yesus merangkumkan Sepuluh Perintah Allah ke dalam dua hukum kasih, mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama (Mat 22:37-40; Ul 6:5; Im 19:18). Ajaran Yesus selaras dengan Perjanjian Lama dan Jawaban Yesus tidak hanya memaparkan kebenaran, tetapi juga menelanjangi kejahatan para ahli hukum itu. Apabila Yesus Putra Allah, mereka sudah melanggar hukum pertama sebab mereka tidak mengasihi, tetapi mencobai Yesus. Apabila Yesus hanya manusia biasa, mereka sudah melanggar hukum kedua sebab tujuan mereka bertanya adalah untuk mencobai dan menjatuhkan hukuman.
Sikap yang benar kepada Allah dan sesama manusia merupakan hakikat tugas manusia. Seluruh Perjanjian Lama menafsirkan dan menerapkan kedua prinsip ini (Rm 13:8), sehingga harus dilakukan dengan segenap hati. Di dalam cara berpikir Ibrani, hati melambangkan seluruh diri, di dalam mana terdapat jiwa dan akal budi, unsur-unsur untuk hidup dan berpikir. Tetapi patokan yang tidak mungkin dicapai itu hanya menunjukkan kebusukan hati manusia.
Kini Yesus mengambil prakarsa membalikkan posisi dan status-Nya. Dari ditanya dan mempertahankan diri, kini Beliau berbalik bertanya dan mendesak para ahli hukum itu (Mat 22:42). Pertanyaan-Nya sederhana, yaitu siapa Mesias menurut mereka. Jawab menurut iman ortodoks dan tradisi Farisi, Mesias adalah anak Daud. Muatan di dalamnya bernuansa politis. Lalu Yesus makin menyudutkan mereka. Bagaimana mungkin Daud memanggil Mesias sebagai Tuan jika Mesias hanya anaknya, manusia biasa! Artinya, pengharapan mereka tentang siapa dan apa karya Mesias salah, jika hanya di sekitar konsep manusia saja. Mesias dan karyanya pastilah ilahi (nilai rohani) sebab Daud memposisikan Mesias jauh di atasnya (Mat 22:45).
Tuhan Yesus tidak dapat dicobai melalui pertanyaan apa pun, sebaliknya Beliau menggiring ahli hukum ini kepada hakikat ketaatan kepada Pemberi Hukum Taurat. Yang penting bukan melakukan hurufiah hukum-Nya, tetapi bagaimana hakikat menaati hukum-Nya dalam rangka menaati-Nya (Mat 22:36). Hukum-hukum yang Allah berikan adalah mencerminkan hakikat-Nya sendiri, yakni KASIH dan bukan kewajiban. Itulah sebabnya menaati hukum-Nya karena kewajiban akan terasa berat dan hampa. Kasih kepada Allah itulah yang menjadi dasar ketaatan kita kepada hukum-Nya.
Tuhan Yesus mengajarkan bahwa kita harus mengasihi Tuhan dengan segenap totalitas kehidupan (Mat 22:37), artinya tidak sedikit pun kita mengorupsi bagi kesenangan, kepentingan, dan keuntungan diri sendiri. Ketika kita tidak sepenuhnya menyatakan kasih kepada Allah, sesungguhnya kita telah gagal mengasihi, karena Allah menuntut kasih sepenuh hati. Oleh karena itu mengasihi sesama pun sebagai wujud kasih kita kepada Tuhan, dengan sepenuh totalitas kehidupan juga (Mat 22:39). Prinsipnya tidaklah dapat dipisahkan antara mengasihi Tuhan dan sesama.
Tuhan Yesus memberkati.

Pesan Pastoral: 28 Januari 2018
Marilah kita menjadi pribadi “SADAR” rohani yaitu dengan memberikan yang terbaik bagi ALLAH dalam hidup ini. Jangan sampai kita hanya pandai berdebat tentang hukum kasih, tetapi kita harus pandai dalam melakukan kasih sebagai wujud kita memang benar-benar mengasihi Tuhan .

Winner Voice
Ada banyak hukum diciptakan manusia tetapi hanya dengan mengerjakan hukum kasih kita telah melaksanakan semua hukum yang ada di dunia ini.

Pengakuan Iman
Seperti kata Tuhan Yesus maka aku mau mengasihi Tuhan, Allah, dengan segenap hatiku dan dengan segenap jiwaku dan dengan segenap akal budiku. Amin (Matius 22:37)

Hidup Berpadanan Dengan Injil Kristus (2)

                            ( Filipi 1:27-30 ) Nasehat Supaya Tetap Berjuang Paulus sedang dalam penjara saat menulis surat kepada jem...