Kisah Para Rasul 23:1
Dalam tekanan dan
ancaman yang berat sukar untuk tetap bertindak dengan hati nurani yang murni,
karena cenderung orang akan berusaha membela diri serta menyelamatkan diri saja
sekalipun itu harus melanggar norma dan ketentuan yang berlaku. Tetapi berbeda
dengan Rasul Paulus yang dalam tekanan pengadilan agama tetap saja menggunakan
hati nurani yang murni yaitu kesadaran batiniah yang bersaksi kepada
kepribadian mengenai betulnya atau salahnya suatu tindakkan. Hati nurani yang
murni memberikan keputusan tindakkan untuk tidak berbuat salah kepada Allah
atau kehendak-Nya dan hal ini ditunjukkan oleh Rasul Paulus sekalipun tekanan
yang berat sedang dialaminya.
Yang perlu diperhatikan
di sini adalah pemahaman yang benar terhadap Firman Tuhan karena pada awal
sebelum bertobat Rasul Paulus juga percaya bahwa dirinya sendang mentaati
kehendak Allah dengan menganiaya orang percaya (Kisah 26:9) dan di lakukan
berdasarkan anggapannya untuk mentaati Taurat (Fil 3:6).
Setelah bertobat,
penyerahan Paulus kepada Allah, tekadnya yang kuat untuk menyenangkan Allah dan
kehidupannya “yang tidak bercacat” sebelum bertobat memalukan dan menghukum
orang percaya yang memberi alasan untuk ketidaksetiaan para ahli taurat dan Farisi
kepada Kristus dengan mengatakan bahwa semua orang berbuat dosa dan mustahil
untuk hidup di hadapan dengan hati nurani yang murni.
Pemahaman Firman Tuhan
haruslah secara menyeluruh tidak boleh hanya diambil lahiriahnya saja karena
hal ini dapat merusakkan makna rohani yang benar. Kebenaran sebuah tindakkan
jangan didasarkan pada kehendak pribadi melainkan pada kehendak Allah saja
yaitu kebenaran Yesus yang kita percayai (1Kor 1:30; Gal 2:20). Karena Kristus
diam didalam kita, maka hanya didalam
Dia saja tindakkan kita dibenarkan oleh Allah (2Kor 5:21).
Hanya oleh Kristus,
dalam Kristus dan dengan Kristus kita dapat menerima hikmat dari Allah dan
mengalami pembenaran (Roma 4), pengudusan (2Tes 2:13-15) dan penebusan (Roma
3:24; Ef 4:30). Dalam hikmat Allah inilah sebuah tindakkan dapat dilakukan
dengan menggunakan hati nurani yang murni. Selama seorang bergabung dengan
Kristus. Kristus menjadi sumber segala berkat yang kita dapatkan (Yoh 5:1-6)
atas hasil dari tindakkan kita.
Kebalikkan dari hikmat Allah
yang menggunakan hati nurani yang murni, adalah hikmat dunia yatu suatu hikmat
yang mengesampingkan Allah, menekankan kesanggupan manusia sendiri, menjadikan
manusia kekuasaan tertinggi dan menolak untuk mengakui penyataan Allah dalam
Yesus Kristus.
Tindakkan yang
dihasilkan oleh hikmat duniawi ini disebut Allah sebagai kebodohan (1Kor
3:19-20) karena melaluinya manusia telah gagal untuk menemukan kebenaran dan
mengenal Penciptanya (1Kor 1:21). Kita harus mengembangka sikap yang mencela
secara rohani hikmat duniawi dan
pandangan hidup yang sekuler (1Kor 1:18-31; 2:1-16; Kis 17:18 Roma
1:20-32). Jangan sekali-kali
menyesuaikan Injil dan berita kebenaran dengan Filsafat, ilmu
pengetahuan ataupun segala hal lain yang disebut hikmat duniawi. (Gal 6:14).
Marilah kita
menggunakan hati nurani yang murni agar tindakkan kita dibenarkan Allah
sekalipun itu di anggap sebagai sebuah kebodohan oleh dunia. Tetapi kalau kita
memilih untuk menggunakan hikmat duniawi dan mengesampinkan Allah maka hati
nurani kita akan mati sehingga kita tidak dapat lagi mengenali kehendak Allah
dalam kebenarannya.
Tuhan Yesus memberkati.
Pesan Pastoral : 29 September 2013
Anak Allah marilah kita melakukan revolusi rohani. Jadilah “SADAR” (Semangat,
Antusias, Dinamis, Agresif dan Radikal) yaitu selalu memberikan yang terbaik
kepada Tuhan.
Marilah kita cerdas
secara rohani mengenali kehendak Allah sehingga tindakkan kita dapat
dibenarkan-Nya yang membuat kita mendapatkan berkat yang sejati dari pada Allah
sendiri.
Winner Voice
Menggunakan hati nurani
yang murni akan membuat kita mengenali kehendak Allah sendiri.