1 Timotius 1:5-7
Ajaran praktis dari kebenaran
Firman Tuhan selalu menuntu jawaban yang nyata dalam ketulusann hati dan
kemauan baik (good will) yang aktif, dan ini sangat berlawanan dengan
kegiatan-kegiatan yang salah dari beberapa orang yang tidak mengenal Allah. (1
Tim 5:6)
Orang yang tidak mengenal Allah secara benar dapat
tampak dari bagaimana mereka menjalani kehidupan sehari-hari. Mereka bukan saja
gagal menuju dan mengejar tujuan hidup dalam kekudusan (hagios) tetapi juga
sesat dalam pembicaraan yang sia-sia atau perkataan-perkataan yang kosong.
Mereka tinggal dalam kegiatan keseharian yang sia-sia dan tidak memberikan
faedah yang baik bagi diri sendiri maupun sesama.
Ada sebagian orang percaya juga
disesatkan oleh pengajaran guru-guru palsu, bahkan merekapun dikuasai oleh
keinginan menjadi pengajar atau guru atas hukum Taurat, (seperti Rabi orang
Yahudi). Sejujurnya orang-orang ini tidak mempunyai pengertian yang dalam
mengenai Taurat namun bukan saja mengajarkan tetapi juga menekankan dengan
pernyataan-pernyataan mutlak sehingga memaksakan hukum tersebut yang sebenarnya
mereka sendiri tidak mampu melakukannya. (Luk 11:46). Hal demikian sangat
berbeda sekali dengan bagaimana Tuhan Yesus menetapkan hukum kasih, Tuhan Yesus
memberikan kelonggaran dalam pemahaman untuk mampun menanggung beban kehidupan
seperti keinginanNya untuk menanggung beban berat manusia (Mat 11:28-30) dan
hal ini dipraktekan dengan benar oleh pengajaran Rasul-Rasul kepada jemaat (Kis
15: 28).
Kita harus mengenali mereka yang
mengajarkan kepalsuan karena guru palsu ini merupakan bahaya besar bagi
perkumpulan orang Kristen karena mereka dapat memperdaya dan menyesatkan orang
percaya.
Pada dasarnya kita dapat melihat
seorang pengajar dari dasar iman yang bukan pura-pura, tidak ada kepalsuan dan
yang terkesan sangat “spektakuler” tetapi iman dalam kedewasaan rohani. Iman
yang demikian akan menimbulkan kegembiraan dalam hati nurani yang suci dan
tekad memelihara hati nurani yang murni (Kisah 24:16). Hati nurani yang suci
dan murni ini penting untuk kehidupan rohani dan pelayanan yang berhasil (2Kor
1:12; 1Tim 1:19) karena merupakan bukti kebebasan batiniah (Maz 32:1; 1Tim 1:5;
1Pet 3:16; 1Yoh 3:21-22). Seorang pelayan Firman yang hati nuraninya tercemar maka
iman, kehidupan doa, hubungan dengan Allah serta kehidupan yang penuh kebajikan
menjadi rusak (1Tit 1:15-16) dan karamlah imannya (1Tim 1:19).
Seorang pengajar Firman yang
memiliki dasar iman yang tulus serta dengan hati nurani yang suci dan murni
akan segera tampak dari cara hidupnya,
yaitu; dapat kita amati dari Kasih
terhadap Tuhan dan sesama. Kasih yang demikian merupakan penyempurnaan iman
yang menyelamatkan (Kis 15:8-9; 24:16; Gal 5:6). Pengenalan Allah akan hati
manusia tergantung dari kesungguhan iman mereka untuk melakukan kasih dan Allah
akan memperbaharui hati mereka melalui karya pembaharuan Roh Kudus, itulah iman
yang bekerja oleh kasih.
Alkitab mengajarkan bahwa
seseorang diselamatkan oleh iman (Gal 2:15-16; Rom 3:22; Ef 2:8-9) dalam Kristus
Yesus sebagai juru selamat, iman sebagai sesuatu yang penting sehingga mau
tidak mau akan menyatakan diri di dalam perbuatan kasih. Demikianlah pengajar
akan mengajarkan kebenaran Firman. Karena iman yang tidak sungguh-sungguh
mengashi dan menaati Kristus (1Yoh 2:3; 5:3), menunjukkan perhatian terhadap
pekerjaan kerajaan Allah (Mat 12:28) dan dengan aktif menolak dosa dan dunia
(Gal 5:16-17), tidak memenuhi syarat menjadi iman yang menyelamatkan (Yak 2:14-16). Dan sebaiknya pengajar yang
demikian hendaknya kita hindari.
Tuhan Yesus memberkati.
Pesan Pastoral : 15 September 2013
Anak Allah marilah kita melakukan revolusi rohani. Jadilah “SADAR” (Semangat,
Antusias, Dinamis, Agresif dan Radikal) yaitu selalu memberikan yang terbaik
kepada Tuhan.
Jemaat Tuhan, kenalilah pengajar
Firman yang menyampaikan Firman karena jangan sampai kita disesatkan tanpa kita
sadari yang membuat kita telah melenceng jauh dari karya keselamatan Tuhan
Yesus Kristus.
Winner Voice
Iman timbul dari mendengarkan
Firman yang murni dan kalau salah mendengar kita matikan iman.
No comments:
Post a Comment