(DANIEL 10:18-19)
“Doa yang Menghadirkan Tuhan”
Daniel adalah tokoh yang dicatat Alkitab sebagai orang yang
diberkati Tuhan. Hal ini karena cara hidupnya yang taat kepada kehendak Tuhan. Daniel
adalah orang yang memiliki wawasan luas, bijaksana dan dipenuhi hikmat Tuhan.
Ketaatannya digambarkan dengan kebiasaannya berdoa 3 kali sehari dengan
menghadap ke Yerusalem (Daniel 6:12).
Ketaaatan itulah yang dipandang oleh Tuhan, sehingga beragam mujizat
kerap dialaminya. Doa-doa Daniel selalu dihubungkan dengan peristiwa khusus di
dalam sejarah Israel ketika di dalam pembuangan. Jawaban-jawaban Tuhan
terhadap doa Daniel memberikan pencerahan yang membuka tabir
mengenai masa depan Israel, dan bahkan mengenai akhir jaman (Daniel 12).
Pergumulan Daniel bagi bangsanya benar-benar serius. Selain berdoa,
ia juga pantang makanan yang sedap serta tidak berurap (ayat 10:2-3).
Kesungguhan Daniel pun diperhatikan Tuhan. Tuhan berkenan menemui Daniel
melalui suatu penglihatan akan utusan-Nya (ayat 10:4-6). Uniknya, hanya Daniel
yang dapat melihat, sementara orang-orang di sekitar dia hanya merasakan
ketakutan yang besar (ayat 10:7). Mungkinkah itu terjadi karena mereka tidak
memelihara kekudusan seperti yang Daniel lakukan?
Lalu bagaimana dengan Daniel yang mendapat penglihatan itu? Lebih
dari rasa takut, Daniel lemah lunglai dan pucat pasi (ayat 10:8). Ia tak tahan
mengalami penampakan kemuliaan itu (theophany). Ia jatuh pingsan (ayat 10:9).
Walau memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan, Daniel tetap tidak tahan
menghadapi kedahsyatan kemuliaan utusan Tuhan itu. Daniel, yang memelihara
kekudusan dalam standar yang tinggi, masih perlu dikuatkan dan ditopang oleh
utusan Ilahi itu.
Kita tentu senang juga mendengarkan pengalaman-pengalaman ajaib orang
tertentu dan ada rasa kagum. Sementara mendengar, mungkin kita berharap bahwa
kita pun diberi kesempatan untuk mengalami pengalaman ajaib itu. Tetapi pengalaman
ajaib bersama Tuhan dan kemuliaan ilahi hanya sanggup dialami oleh orang-orang
yang menjaga kekudusan. Besar dan dahsyatnya kemuliaan yang siap kita alami
sebanding dengan kualifikasi kekudusan hidup, kedewasaan iman, dan kesungguhan
ketaatan kita sehari-hari. Jika kita ingin mendapatkan pengalaman puncak kemuliaan
Tuhan dalam hidup ini, latihlah tubuh dan roh kita dalam penyangkalan diri,
ketaatan, serta kekudusan dalam seluruh aspek hidup keseharian kita.
Daniel pasal 10 dituliskan bahwa Nabi Daniel
berkabung dan berpuasa selama tiga minggu, lalu mengapa harus 21 hari? Apa
makna doa dan puasa Daniel itu?
Pertama adanya kesungguhan
hati. Daniel menyikapi penglihatan akan kesukaran
besar yang dianggapnya sangat berat dan besar. Daniel dipenuhi kegentaran luar
biasa karena penglihatan-penglihatan yang diterimanya. Ini bukan doa basa-basi,
tetapi doa karena melihat suatu ancaman yang besar di depan mata. Ini
menunjukkan kesungguhan dan intensitas dari sebuah doa dan puasa.
Kedua adanya peperangan
rohani. Doa adalah peperangan rohani (Dan 10:13-14), dan bukan sekedar ritual.
Ketika kita berdoa, terjadilah peperangan rohani yang dahsyat. Jawaban Tuhan
tertahan hingga 21 hari. Karena ia yang membawa jawaban itu dihadang oleh
raja-raja Persia, yang diketahui sebagai simbol-simbol kekuatan yang melawan
Tuhan. Ketika Mikhael datang untuk menolong memerangi musuh-musuh di alam roh
ini, barulah doa-doa Daniel terjawab.
Ketiga adanya ketekunan
dan usaha keras (Dan
10:12). Sadar sedang
berada dalam medan peperangan maka diperlukan ketekunan dan usaha yang
sungguh-sungguh. Bila saja Daniel berhenti berdoa dan berpuasa pada hari yang
ke-15, ke-17 atau bahkan ke-20 mungkin jawaban doa itu tidak akan pernah
datang. Itu sebabnya Alkitab mengajar kita untuk bertekun di dalam doa.
Mari kita belajar berdoa dan puasa yang
merupakan komponen penting dalam kehidupan kerohanian kita. Sebab hal itu dapat
menjadi senjata rohani yang kita kenakan untuk mengerti tentang penyertaan
Tuhan, marilah kita merendahkan diri dihadapan-Nya, maka Tuhan akan hadir dan
memberikan damai sejahteranya. Amin.
Tuhan Yesus memberkati.
Pesan Pastoral: 1 Desember
2019
Marilah kita menjadi pribadi “SADAR” rohani yaitu
dengan memberikan yang terbaik bagi ALLAH dalam segala hal. Marilah terus kita belajar
menghadirkan Allah dalam hidup ini karena di sanalah kita akan mendapatkan
pengalaman ajaib bersama Tuhan yang mendatangkan damai sejahtera. Latih diri
untuk berdoa dan berpuasa dengan sungguh-sungguh serta belajar menyangkal diri
untuk meningkatkan kualitas rohani kita.
Winner Voice
Janganlah berdoa dan puasa karena tuntutan agama,
tetapi lakukan dengan kesungguhan hati untuk menghadirkan Tuhan dalam hidup ini.
PENGAKUAN IMAN :
Lalu dia yang rupanya seperti manusia itu menyentuh aku pula
dan memberikan aku kekuatan, dan
berkata: "Hai engkau yang dikasihi, janganlah takut, sejahteralah engkau,
jadilah kuat, ya, jadilah kuat!" Sementara ia berbicara dengan aku, aku
merasa kuat lagi dan berkata: "Berbicaralah kiranya tuanku, sebab engkau
telah memberikan aku kekuatan." (Daniel 10:18-19)
- Aku percaya kepada Tuhan Yesus yang telah
memberikan kekuatan kepadaku
- Aku percaya kepada Tuhan yang telah mengasihiku
dan membuatku hidup sejahtera.
- Aku percaya kepada Tuhan Yesus yang memberikan
Firman agar aku menjadi pribadi yang semakin kuat.
No comments:
Post a Comment