Konsistensi Iman (Ibrani 13:1-6)
Kita perlu konsistensi iman untuk dapat
menyakini bahwa Tuhan ada dipihak kita. Kosistensi iman akan tampak dari praktik
iman yang harus dimulai dari diri sendiri dan dikehidupan sehari-hari. Justru
di lingkungan sendiri, yaitu keluarga, gereja dan tempat kerja / beraktifitas,
iman kita akan terus diuji apakah memiliki ketahanan untuk tetap percaya bahwa Tuhan
dipikak kita?. Sebenarnya wujud iman tidak boleh hanya tampak dari keyakinan untuk
mendapatkan mujizat atau tidak menyangkali Tuhan Yesus, tetapi iman seharusnya
terlihat konsisten dalam mengerjakan segala hal dengan tetap mengedepankan
kepercayaan bahwa ada Tuhan dalam setiap segi kehidupan.
Ibrani 13:1-6 berisi nasehat praktis
agar iman kita sebagai orang Kristen dapat dilihat oleh banyak orang dan bisa
menjadi tanda apakah sebenarnya kita orang beriman ?. Hal pertama dan yang
utama yang harus ada dalam kehidupan kristen adalah memelihara kasih
persaudaraan (Ibr 13:1). Semua tekanan dari luar sekalipun itu berupa
penganiayaan dan rasa benci terhadap kita tidak boleh menjadikannya alasan
untuk hanya peduli pada diri sendiri. Justru kita harus meneguhkan kasih
persaudaraan agar dapat saling menguatkan (Ibr 13:1). Kekristenan tidak sekadar
dinasihati untuk saling mengasihi, melainkan menekankan pemeliharaan kasih
antar saudara seiman. Penekanan ini sangat penting, karena ketika kita semakin
mengenal, maka semakin banyak terlihat kekurangan orang tersebut. Hal ini dapat
membuat hati kecewa dan akhirnya kasih menjadi luntur. Namun sebagai orang
Kristen kita seharusnya kebal terhadap kekecewaan semacam ini, karena itu semakin
mengenal pribadi saudara seiman dengan segala kekurangannya, kita tetap dapat mengasihi.
Memelihara kasih persaudaraan terwujud
dari kerelaan memberi tumpangan kepada saudara seiman (Ibr 13:2). Memberi
tumpangan merupakan bentuk kebaikan yang wajar bagi setiap orang termasuk orang
Kristen pada zaman itu karena belum ada penginapan (hotel). Orang yang lelah
dan lapar banyak ditemui di kota-kota ataupun di pintu rumah seseorang dan
berharap diizinkan tinggal. Terlebih sekarang bila ada orang Kristen baru,
karena mungkin penganiayaan akan datang pada mereka yang dari keluarga sendiri misalkan
mengusir mereka ke luar dari rumahnya. Apabila ini terjadi maka kewajiban kita
untuk menampung mereka. Kita juga harus memperhatikan saudara seiman yang
dipenjarakan karena iman, maka kasih sejati akan berani mengambil risiko
menolong mereka (Ibr 13:3).
Kedua; bahwa kebaikkan tidak boleh hanya
diberikan kepada orang Kristen saja melainkan kepada juga orang lain dan kebaikan
itu harus melebihi kebaikan yang dilakukan oleh orang non Kristen. Karena itu,
kita juga harus memberi “tumpangan” kepada orang lain yaitu semua orang yang
pantas menerima kebaikan dengan tetap menaruh kewaspadaan. Kita juga harus
menunjukkan kasih kepada orang-orang hukuman yang bisa jadi bukan orang Kristen
juga, karena mereka tidak mempunyai kebebasan untuk datang meminta belas
kasihan. Sebagai orang Kristen, kita harus berinisiatif dan mendatangi
orang-orang yang membutuhkan kasih Kristus.
Ketiga, menjaga konsistensi iman. Ke-yakinan
bahwa Tuhan dipihak kita sebenarnya ditandai dengan kekudusan pernikahan. Allah
tidak akan berada di antara orang yang sengaja melanggar kekudusan pernikahan,
yang artinya telah melanggar janji suci. Selain menjaga kekudusan rumah tangga,
selanjutnya yang sama dengan itu adalah tidak membiarkan masalah keuangan
menghancurkan keharmonisan keluarga. Konsistensi iman kita akan tampak dari
kedua hal ini (Ibr 13:4-5). Jagalah ke dua hal ini supaya para musuh kekristenan
tidak dapat memfitnah kita. Percayalah bahwa Tuhan sendiri yang akan menanggung
dan menjamin hidup kita serta memelihara kehidupan kita (Ibr 13:5b-6).
Sebenarnya manusia tidak pernah berubah
sejak era para rasul hingga era globalisasi seperti saat ini. Kekudusan
pernikahan dapat dikatakan sebagai barang langka dan masalah keuangan yang dapat
merusak hubungan keluarga. Karena itu kemuliaan hidup orang Kristen harus nyata
dalam kekudusan dan kesederhanaan. (Ibr 13:5).
Ketika iman diserang, benteng pertahanan
kita adalah Tuhan. Melalui Roh Kudus yang tinggal dalam hati kita merupakan
kenyataan bahwa Tuhan beserta kita dan pasti ada keberpihakan ALLAH. Namun,
kita harus saling menguatkan dan menopang supaya tidak seorang pun dari kita
menjadi lemah dan menyerah. Ingatlah bahwa di dalam Allah kita memiliki segala
sesuatu. Allah adalah pencipta langit dan bumi maka tidak ada apapun atau siapapun
yang dapat mengancam kehidupan kita bila Tuhan ada di pihak kita. Marilah kita hidup mulia dengan
mengerjakan yang baik dan berkenan kepada Allah.
Tuhan
Yesus memberkati.
Pesan Pastoral: 11 Agustus 2019
Marilah
kita menjadi pribadi “SADAR” rohani yaitu dengan memberikan yang terbaik bagi
ALLAH dalam segala hal. Mujizat
adalah hal biasa bagi Tuhan tetapi iman kita tidak boleh digantungkan hanya
untuk mendapatkan mujizat. Kita harus konsisten beriman dalam situasi dan
keadaan apapun, bahkan sekalipun Tuhan tidak tolong kita.
Winner Voice
Tuhan dipihak kita harus ditunjukkan
dengan konsistensi iman yang tetap percaya sekalipun masalah belum teratasi.
Pengakuan Iman
Pembacaan
Firman:
Sebab
itu dengan yakin kita dapat berkata: "Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak
akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?". (Ibrani 13:6)
1. Aku yakin
dan aku berkata “Tuhan adalah Penolongku”.
2. Aku
menjaga konsistensi iman dengan praktek memelihara kasih persaudaraan,
mengasihi sesama seperti diri sendiri dan menjaga kekudusan hidup.
3. Aku
percaya pada pertolongan Tuhan, maka aku tidak akan takut terhadap ancaman dari
siapapun juga. Amin.
No comments:
Post a Comment