Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan
kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan.(Ibrani
12:14)
Keharmonisan dan Kekudusan
Orientasi
hidup yang duniawi harus diganti total supaya kita mampu bertahan dalam iman.
Orientasi hidup yang diarahkan kepada dunia ini hanya akan mengecewakan dan
menumbuhkan akar pahit (Ibr 12:15). Kisah Esau menjual hak kesulungan sebagai
ganti semangkuk sup kacang merah menggambarkan sikap yang memandang rendah nilai
rohani demi pemuasan nafsu badani semata (Ibr 12:16; Kej 25:29-34). Akibatnya
fatal! Esau tidak menerima berkat dan tidak mendapatkan kesempatan memperbaiki
dirinya (Ibr 12:17). Cerita Esau (Ibr 6:4-6; 10:26-29) merupakan peringatan
keras bagi anak Tuhan yang membiarkan orientasi hidupnya bukan pada Tuhan.
Sebaliknya, orang Kristen yang hidupnya tertuju pada Tuhan akan menjalani hidup
kudus, berdamai dengan semua orang, dan berlimpah dengan ucapan syukur karena kasih
karunia Allah (Ibr 12:14-15).
Ada
dua buah peringatan dalam peristiwa Esau, yaitu bahwa ketidaktaatan
(percabulan) seseorang dapat memberikan efek negatif kepada komunitas dimana ia
tinggal. Esau mengambil 2 orang istri dari bangsa kafir. Tindakannya
menimbulkan kepedihan kepada komunitasnya yaitu terhadap orang tuanya (Kej
26:34-35; 27:46). Lalu tindakan menolak atau membuang berkat yang sudah menjadi
miliknya sebagai ganti pemuasan nafsunya, menyebabkan ia kehilangan berkat itu
untuk selama-lamanya.
Marilah kita berusaha hidup damai dengan
semua orang, dengan senantiasa mengutamakan hubungan baik, ketenangan dan
kesatuan serta persekutuan di antara orang benar. Perbaiki hubungan antar sesama
menjadi lebih baik, pahamilah sifat dari penderitaan yang harus ditanggung saat
menjalin hubungan yang baik yang seringkali memang membutuhkan pengorbanan.
Seorang yang gagal dalam menjalin
hubungan baik seringkali disebabkan dalam dirinya terdapat akar yang pahit (kepahitan
hidup, iri hati, perasaan dengki dan sakit hati) yang meracuni segala sesuatu
dan mencemarkan banyak orang. Akar pahit ini menyebar bagaikan penyakit menular
(hoi polloi) di kalangan orang-orang percaya. Perhatikan bahwa akar pahit ini
menyebabkan rusaknya keselarasan hubungan baik di antara orang percaya sebab
satu orang di antaranya terkena akar pahit ini.
Jangan
biarkan akar kepahitan tumbuh subur menghalangi pertumbuhan pohon iman kita,
sehingga kita sukar untuk mengucap syukur yang pada akhirnya kita menolak kasih
karunia Tuhan. Marilah kita fokuskan diri pada Allah dan kehendak-Nya bukan
pada harta dunia karena sebenarnya kita sedang mengumpulkan harta di surga,
dengan demikian kita dapat memberikan hati kita kepada ALLAH (Mat 6:21). Kita
akan menikmati relasi yang dekat dengan Allah sehingga hati kita dipenuhi
sukacita, terlepas dari kekuatiran akan keinginan dunia, dan dimampukan menjadi
saluran berkat bagi orang lain.
Menjadi
kudus berarti terpisah dari dosa dan dikhususkan bagi Allah; itu berarti hidup
dekat kepada Allah, menjadi seperti Dia, dan mencari kehadiran, kebenaran, dan
persekutuan-Nya dengan sepenuh hati. Kekudusan merupakan prioritas utama Allah
bagi para pengikut-Nya ( Ef 4:21-24). Dalam kekudusan ada maksud Allah bagi
umat-Nya ketika Ia merencanakan keselamatan kita di dalam Kristus (Ef 1:4).
Kekudusan adalah tujuan utama Yesus Kristus bagi kita ketika datang ke bumi ini
(Mat 1:21; 1Kor 1:2,30) dan Tuhan Yesus rela di salib untuk kita (Ef 5:25-27).
Kekudusan menjadikan kita ciptaan baru dan memberikan Roh Kudus kepada kita (Rom
8:2-15; Gal 5:16-25; Ef 2:10), karena tanpa kekudusan tidak seorang pun dapat
berguna bagi Allah (2Tim 2:20-21) dan tidak mungkin dapat bersekutu dengan
Allah (Mzm 15:1-2). Akhirnya tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat
Allah (Ibr 12:14; Mat 5:8)
Hidup sebagai umat Allah secara individu
adalah hidup yang penuh vitalitas, bukan hidup dengan tangan dan lutut yang
tidak berfungsi (Ibr 12:12). Ini menggambarkan kelumpuhan rohani. Individu
Kristen harus segera berbenah dan bertindak. Kesatuan jemaat Kristus harus
senantiasa diutamakan. Sebagai jemaat yang utuh, mereka harus saling menolong.
Yang kuat menolong yang lemah sehingga bersama-sama bersiap untuk hidup sebagai
umat Allah menurut firman Tuhan. Dengan bertindak demikian, jemaat dapat
bersaksi tentang keharmonisan dan kekudusan yang tidak dapat dipisahkan. Tanpa
kekudusan tidak akan ada keharmonisan di antara umat Tuhan, sebab orang yang
kudus selalu berusaha hidup damai dengan orang lain. Jika dikatakan tanpa
kekudusan tidak dapat melihat Allah, artinya jika tidak ada keharmonisan dalam
umat Allah, maka mereka tidak akan mungkin melihat Allah.
Tuhan Yesus
memberkati.
Pesan Pastoral:
24 Agustus 2018
Marilah kita
menjadi pribadi “SADAR” rohani yaitu dengan memberikan yang terbaik bagi ALLAH
dalam hidup ini. Anak-anak
Tuhan memilikilah pengharapan surgawi karena karya Kristus yang sempurna. Allah
mendorong kita untuk menguatkan hati agar kita tetap bertahan dalam iman dan
menang sampai akhirnya (Ibr 12:12-13). Amin
Winner Voice
Orang
yang menghargai keharmonisan pada dasarnya sedang memperjuangkan kekudusan agar
hidupnya berkenan kepada ALLAH.
Pengakuan Iman
Pembacaan Firman:
Berusahalah
hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan
tidak seorangpun akan melihat Tuhan.(Ibrani 12:14)
1.
Aku
berjanji untuk berusaha hidup berdamai dengan semua orang, agar ALLAH berkenan
melihat keharmonisan hidup orang percaya.
2.
Aku
berjanji untuk mengejar kekudusan hidup agar aku dapat melihat Tuhan.
3.
Aku
akan mempertahankan hidup dalam keharmonisan dan kekudusan sampai akhir hidup
sebagai wujud nyata penghormatan kepada korban Tuhan Yesus di kayu salib. Amin.
No comments:
Post a Comment