Friday, March 1, 2019

SENANTIASA MEMANDANG ALLAH (2)


Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. (Matius 5:8)
Orang Yang Suci Hatinya
“Ucapan Bahagia” yang sarat dengan kebenaran dan patut direnungkan secara mendalam agar menjadi landasan, penentu arah, dan warna kehidupan kita. “Ucapan Bahagia” ini bukanlah alternatif etika namun keharusan, karena yang keluar dari mulut Yesus adalah wahyu khusus Allah. Kata “Melihat Allah” artinya menjadi anak-Nya dan tinggal di hadapan-Nya, baik sekarang maupun di masa yang akan datang (Kel 33:11; Why 21:7; 22:4). “Suci hati” adalah sifat dasar ALLAH yang murni. Orang yang suci hatinya adalah Orang yang moralnya tidak tercemar dosa, perhatian atau kesetiaannya tidak bercabang. Orang yang demikian akan diberikan penglihatan tentang Allah, sesuatu yang akan mencapai puncak penggenapannya pada saat Kristus datang kembali (1Kor 13:12; 1Yoh 3:2).
Orang yang suci hatinya adalah mereka yang telah dibebaskan dari kuasa dosa oleh kasih karunia Allah dan kini berusaha tanpa tipu daya untuk menyenangkan hati Allah dan memuliakan Dia dan menjadi sama seperti Dia.
Kita harus mengejar kesucian hati dengan berusaha untuk memiliki sikap hati yang sama seperti Allah yaitu mengasihi, mengerjakan kebenaran dan membenci kejahatan. Tidaklah cukup bagi anak-anak Tuhan untuk mengasihi keadilan saja; kita juga harus membenci kejahatan. Kita melihat hal ini dengan jelas dalam pengabdian Kristus terhadap keadilan (Yes 11:5) dan kebencian-Nya terhadap kejahatan.
Selama berada di dunia kesetiaan Kristus kepada Bapa ditunjukkan oleh kasih-Nya terhadap keadilan dan kebencian-Nya terhadap kejahatan, ini merupakan alasan bagi Allah untuk mengurapi Anak-Nya. Demikian pula, kita akan diurapi apabila kita menyetujui dan mengerjakan apa yang menjadi sikap Tuhan Yesus tersebut. (Mzm 45:8).
Kasih terhadap keadilan dan kebencian terhadap kejahatan akan meningkat melalui pertumbuhan dalam kasih, berbelas kasihan yang sangat terhadap orang yang hidupnya dihancurkan oleh dosa. Selanjutnya mengalami persekutuan yang makin erat dengan Allah dan Juruselamat kita yang "mencintai keadilan dan membenci kefasikan" (Mzm 94:16; 97:10; Ams 8:13; Am 5:15; Rm 12:9; 1Yoh 2:15; Why 2:6). Dalam hal ini hati kita termasuk pikiran, kehendak, dan perasaan kita harus selaras dengan hati Allah (1Sam 13:14; Mat 22:37; 1Tim 1:5).
Orang kristen harus bertekad mempunyai hati yang suci, artinya mempunyai kemurnian moral secara lahir maupun batin dengan ukuran kebenaran Allah (Mat 5:8). Kemurnian ini bukan sesuatu yang kita miliki dari lahir namun harus dimulai dari kehendak kita untuk murni, sehingga kita berusaha dan berjuang untuk hidup murni. Dimana pun kita berada harus menjadi juru damai seperti Yesus (Mat 5:9), dalam segala bidang kehidupan baik itu dalam rumah tangga, gereja, masyarakat, kantor, bahkan jika ada kesempatan menjadi juru damai dalam perselisihan antar partai politik atau elite politik yang saling berebut kursi kekuasaan.
Bukan suatu kebetulan jika setelah berbicara tentang juru damai, Yesus melanjutkan dengan penganiayaan, sebab dunia mencintai kebencian dan prasangka buruk, sehingga pembawa damai adalah musuhnya (Mat 5:10). Oposisi, tantangan, dan penganiayaan adalah konsekuensi wajar bagi pengikut Kristus. Yesus menekankan hal ini dengan mengganti kata ‘orang’ dengan ‘kamu’ (Mat 5:11-12) dan juga mengganti kata ‘karena kebenaran’ (Mat 5:10) dengan ‘karena Aku’ (Mat 5:11). Namun kita harus bergembira dan bersukacita bukan hanya karena upahnya besar di surga, namun karena telah dilayakkan menjadi serupa dengan Dia dalam penderitaan-Nya dan penganiayaan oleh dunia yang membuktikan bahwa kita berada di pihak Allah (Mat 5:12).
Masyarakat Indonesia membutuhkan contoh kehidupan manusia yang bermoral tinggi dan tetap bertahan walaupun harus mengalami penganiayaan. Di sinilah peran kristen dibutuhkan, karena selain masyarakat yang lapar dan ‘telanjang’, mudah sekali diprovokasi, maka membutuhkan siraman air sejuk yang dapat menenangkan emosi mereka. Di tempat inilah peran orang kristen sebagai juru damai sangat dibutuhkan dan dinantikan.
Tuhan Yesus memberkati.

Pesan Pastoral: 12 Agustus 2018
Marilah kita menjadi pribadi “SADAR” rohani yaitu dengan memberikan yang terbaik bagi ALLAH dalam hidup ini. Memiliki hati yang suci adalah modal dasar kita dapat melihat ALLAH yang berarti kita sudah sangat dekat dengan-NYA untuk menerima kasih karunia, marilah belajar kita mengendalikan hati ini dan menjauhkannya dari keinginan dosa. Tuhan Yesus memberkati.


Winner Voice
Hati yang suci membuat mata batin kita jelas melihat kebaikkan Tuhan

Pengakuan Iman
Pembacaan Firman:
Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. (Matius 5:8)

1.     Aku mau berbahagia dengan memiliki hati yang bersih dari keinginan duniawi.
2.     Aku mau berbahagia dengan memberikan prioritas utama di hati kepada Tuhan Yesus.
3.     Aku mau berbahagia dengan tetap beriman percaya dalam hati bahwa selalu ada pertolongan Tuhan dalam setiap persoalan. Amin

No comments:

Hidup Berpadanan Dengan Injil Kristus (2)

                            ( Filipi 1:27-30 ) Nasehat Supaya Tetap Berjuang Paulus sedang dalam penjara saat menulis surat kepada jem...