Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka
akan melihat Allah. (Matius 5:8)
Orang Yang Suci Hatinya
“Ucapan
Bahagia” yang sarat dengan kebenaran dan patut direnungkan secara mendalam agar
menjadi landasan, penentu arah, dan warna kehidupan kita. “Ucapan Bahagia” ini
bukanlah alternatif etika namun keharusan, karena yang keluar dari mulut Yesus
adalah wahyu khusus Allah. Kata “Melihat Allah” artinya menjadi anak-Nya dan
tinggal di hadapan-Nya, baik sekarang maupun di masa yang akan datang (Kel
33:11; Why 21:7; 22:4). “Suci hati” adalah sifat dasar ALLAH yang murni. Orang
yang suci hatinya adalah Orang yang moralnya tidak tercemar dosa, perhatian
atau kesetiaannya tidak bercabang. Orang yang demikian akan diberikan
penglihatan tentang Allah, sesuatu yang akan mencapai puncak penggenapannya
pada saat Kristus datang kembali (1Kor 13:12; 1Yoh 3:2).
Orang
yang suci hatinya adalah mereka yang telah dibebaskan dari kuasa dosa oleh
kasih karunia Allah dan kini berusaha tanpa tipu daya untuk menyenangkan hati
Allah dan memuliakan Dia dan menjadi sama seperti Dia.
Kita
harus mengejar kesucian hati dengan berusaha untuk memiliki sikap hati yang
sama seperti Allah yaitu mengasihi, mengerjakan kebenaran dan membenci
kejahatan. Tidaklah cukup bagi anak-anak Tuhan untuk mengasihi keadilan saja; kita
juga harus membenci kejahatan. Kita melihat hal ini dengan jelas dalam
pengabdian Kristus terhadap keadilan (Yes 11:5) dan kebencian-Nya terhadap
kejahatan.
Selama
berada di dunia kesetiaan Kristus kepada Bapa ditunjukkan oleh kasih-Nya
terhadap keadilan dan kebencian-Nya terhadap kejahatan, ini merupakan alasan
bagi Allah untuk mengurapi Anak-Nya. Demikian pula, kita akan diurapi apabila
kita menyetujui dan mengerjakan apa yang menjadi sikap Tuhan Yesus tersebut. (Mzm
45:8).
Kasih
terhadap keadilan dan kebencian terhadap kejahatan akan meningkat melalui pertumbuhan
dalam kasih, berbelas kasihan yang sangat terhadap orang yang hidupnya
dihancurkan oleh dosa. Selanjutnya mengalami persekutuan yang makin erat dengan
Allah dan Juruselamat kita yang "mencintai keadilan dan membenci kefasikan"
(Mzm 94:16; 97:10; Ams 8:13; Am 5:15; Rm 12:9; 1Yoh 2:15; Why 2:6). Dalam hal
ini hati kita termasuk pikiran, kehendak, dan perasaan kita harus selaras
dengan hati Allah (1Sam 13:14; Mat 22:37; 1Tim 1:5).
Orang
kristen harus bertekad mempunyai hati yang suci, artinya mempunyai kemurnian
moral secara lahir maupun batin dengan ukuran kebenaran Allah (Mat 5:8).
Kemurnian ini bukan sesuatu yang kita miliki dari lahir namun harus dimulai
dari kehendak kita untuk murni, sehingga kita berusaha dan berjuang untuk hidup
murni. Dimana pun kita berada harus menjadi juru damai seperti Yesus (Mat 5:9),
dalam segala bidang kehidupan baik itu dalam rumah tangga, gereja, masyarakat,
kantor, bahkan jika ada kesempatan menjadi juru damai dalam perselisihan antar
partai politik atau elite politik yang saling berebut kursi kekuasaan.
Bukan
suatu kebetulan jika setelah berbicara tentang juru damai, Yesus melanjutkan
dengan penganiayaan, sebab dunia mencintai kebencian dan prasangka buruk,
sehingga pembawa damai adalah musuhnya (Mat 5:10). Oposisi, tantangan, dan
penganiayaan adalah konsekuensi wajar bagi pengikut Kristus. Yesus menekankan
hal ini dengan mengganti kata ‘orang’ dengan ‘kamu’ (Mat 5:11-12) dan juga
mengganti kata ‘karena kebenaran’ (Mat 5:10) dengan ‘karena Aku’ (Mat 5:11).
Namun kita harus bergembira dan bersukacita bukan hanya karena upahnya besar di
surga, namun karena telah dilayakkan menjadi serupa dengan Dia dalam
penderitaan-Nya dan penganiayaan oleh dunia yang membuktikan bahwa kita berada
di pihak Allah (Mat 5:12).
Masyarakat
Indonesia membutuhkan contoh kehidupan manusia yang bermoral tinggi dan tetap
bertahan walaupun harus mengalami penganiayaan. Di sinilah peran kristen
dibutuhkan, karena selain masyarakat yang lapar dan ‘telanjang’, mudah sekali
diprovokasi, maka membutuhkan siraman air sejuk yang dapat menenangkan emosi
mereka. Di tempat inilah peran orang kristen sebagai juru damai sangat
dibutuhkan dan dinantikan.
Tuhan Yesus memberkati.
Pesan Pastoral:
12 Agustus 2018
Marilah
kita menjadi pribadi “SADAR” rohani yaitu dengan memberikan yang terbaik bagi
ALLAH dalam hidup ini. Memiliki hati yang suci adalah modal dasar kita dapat
melihat ALLAH yang berarti kita sudah sangat dekat dengan-NYA untuk menerima
kasih karunia, marilah belajar kita mengendalikan hati ini dan menjauhkannya
dari keinginan dosa. Tuhan Yesus memberkati.
Winner Voice
Hati yang suci membuat mata batin kita
jelas melihat kebaikkan Tuhan
Pengakuan Iman
Pembacaan Firman:
Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka
akan melihat Allah. (Matius 5:8)
1.
Aku mau
berbahagia dengan memiliki hati yang bersih dari keinginan duniawi.
2.
Aku mau
berbahagia dengan memberikan prioritas utama di hati kepada Tuhan Yesus.
3.
Aku mau
berbahagia dengan tetap beriman percaya dalam hati bahwa selalu ada pertolongan
Tuhan dalam setiap persoalan. Amin
No comments:
Post a Comment