Friday, March 1, 2019

BERIMAN DENGAN CERDAS (2)


Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu." (Ayub 42:5-6)
 “Beriman Tanpa Pamrih”
Ayub rela hati mencabut semua kata-kata keluhannya dan mengaku dosa. Di dalamnya terdapat pengakuan akan pemberontakan penuh dosa yang diawali dengan keluhan, dan Ayub percaya kepada Tuhan tanpa pamrih apapun.  Ini bukan pengakuan dosa sebelum penderitaannya sebagaimana dikemukakan oleh para sahabatnya. Ini pernyataan setia tanpa syarat kepada Tuhan, sebuah komitmen yang dibuat ketika ia masih menderita, dengan belum memperoleh penjelasan tentang misteri penderitaannya maupun janji untuk masa depan, Ayub membuktikan diri sebagai hamba perjanjian yang sejati, siap untuk melayani Allah tanpa pamrih. Pengakuan Ayub dengan demikian menandai keberhasilan Ayub untuk mengalahkan Iblis, pembenaran final tentang kuasa penebusan Allah.
Ayub menyatakan “Tidak ada rencana-Mu yang gagal” (Ayb 42:2);  bukanlah penyerahan diri di bawah tekanan tetapi sebuah pujian kepada Allah yang hidup serta persetujuan penuh kepercayaan pada kebijaksanaan Allah. Dalam (Ayb 42:3a). Bahwa manusia terbatas dan tidak bisa bertindak sebagai penentu akhir, sebab itu terdapat rahasia yang tidak bisa diselami manusia.
Pernyataan Ayub; “tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau” (Ayb 42:5), memberikan perbedaan antara mendengar dan melihat dalam hubungan dengan pengetahuan lihat (Ayb 26:14; 28:21-27). Mendengar melalui telinga jadi tahu dari semacam berita yang belum tentu kebenarannya, tetapi dengan melihat maka barulah dapat memahami sehingga dapat membuka wawasan baru, bukan sekadar menerima tradisi, tetapi mengalami penyingkapan-penyingkapan yang mencerahkan pikiran dan hati (Ayb 38:4-5). Selanjutnya menyatakan pertobatannya dengan mengubah pikiran dan mencabut kasusnya. Ayub duduk dalam debu dan abu, menunjukkan kerendahan hati dan menghinakan diri sendiri karena ketidakmengertiannya (Ayb 38:6).
Ayub tidak lagi berusaha mencari jawaban atas masalah hidupnya, mengapa harus mengalami derita berat dan tidak memiliki alasan untuk menanggung semua itu. Pengalaman bersama Tuhan sudah cukup bagi Ayub dan “kebencian” yang baik terhadap kenajisan dirinya merupakan akibat yang alamiah pada saat seorang percaya berjumpa dengan Allah yang kudus (Yes 6:5). Allah dengan merendahkan diri melalui kedatangan-Nya telah meyakinkan Ayub bahwa Dia tetap memperhatikan dirinya dengan penuh kemurahan. Itu sudah cukup bagi Ayub. Akhirnya Ayub puas hati, bukan karena telah mendapatkan jawaban, tetapi karena wawasan yang baru bahwa hak-hak manusia bukanlah yang terpenting di dalam desain Allah tetapi kehendak dan kedaulatan Allah, itulah yang terpenting.
Ayub tidak lagi menuntut jawaban atas hidupnya, Ayub justru mengakui bahwa ia telah berbicara dalam ketidaktahuannya tentang karya-karya ajaib yang telah disingkapkan Allah kepadanya. Pekerjaan ALLAH tetap melampaui pengertian manusia, maka respons Ayub telah berubah dari mengakui keterbatasan pengetahuannya. Sampai akhir kitab Ayub tidak disinggung mengenai kebersalahan atau ketidakber-salahan Ayub. Allah tidak melihat hak dan kedudukan manusia sebagai yang utama, demikian juga kita sebaiknya tidak bertanya jawab dengan Tuhan atas masalah yang kita hadapi, tapi bertanyalah apa yang sebenarnya menjadi kehendak ALLAH atas masalah kita dan bagaimana kita meresponinya.
Akhir Ayub dengan penuh kerendahan hati dan ketundukan kepada penyataan Allah mengakui bahwa:  pertama, Allah selalu melakukan segala sesuatu dengan baik sesuai dengan kehendakknya yang abadi. Kedua, bahwa segala sesuatu yang diizinkan Allah untuk terjadi pasti dilaksanakan dalam hikmat dan dengan tujuanNya yang mulia. Ke tiga selanjutnya bahwa adanya penderitaan atas orang benarpun  mempunyai makna dan tujuan ilahi.
Tuhan Yesus memberkati.

Pesan Pastoral: 1 Juli 2018
Marilah kita menjadi pribadi “SADAR” rohani yaitu dengan memberikan yang terbaik bagi ALLAH dalam hidup ini. Seringkali kita menuntut jawaban atas hidup kita dan mencari pembenaran sendiri, marilah kita kebalikan kepercayaan kita dengan tidak menuntut jawaban dan tinggal percaya saja. Marilah kita beriman dengan cerdas.  


Winner Voice
Segala sesuatu ada waktunya. Badai pasti berlalu. Hidup berjalan terus. Lihatlah cakrawala baru dari Allah dan temukan keindahan dalam misteri Ilahi.  


Pengakuan Iman
Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu." (Ayub 42:5-6)
Aku percaya bahwa Tuhan beserta dalam setiap peristiwa hidupku.
Aku percaya kepada Tuhan bukan karena mendengar berita saja tetapi karena lebih dalam mengenal dan mengalami Tuhan dalam hidup.
Aku menyesali masa laluku bila aku seringkali mengeluh dan tidak percaya pada pertolongan Tuhan yang nyata dalam hari-hari hidupku.

No comments:

Hidup Berpadanan Dengan Injil Kristus (2)

                            ( Filipi 1:27-30 ) Nasehat Supaya Tetap Berjuang Paulus sedang dalam penjara saat menulis surat kepada jem...