Haleluya! Berbahagialah orang yang
takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya. (Mazmur 112:1)
“Berbahagialah Orang Yang ...... ”
Mazmur pertama mengingatkan tentang kebahagian
orang yang takut akan Allah (Mzm 1:1-3) yaitu; orang yang suka merenungkan
Taurat Tuhan, maka hidupnya akan terjaga, mendapatkan keberhasilan dan
keberuntungan.
Yang paling penting di dalam kehidupan
seorang yang takut akan Allah ialah bahwa kehendak-Nya terjadi di atas bumi
(Mat 6:10). Orang semacam itu mengasihi hukum-hukum Allah karena
perintah-perintah-Nya mewakili kebenaran yang dicemooh dunia (Mzm 112:10) Takut
akan Tuhan akan membuahkan hidup yang benar dan berkenan kepada-Nya. Keturunannya
menjadi pewaris berkat-berkat-Nya baik secara rohani maupun materi. Allah
berjanji untuk memberkati mereka yang takut akan Dia dan bersukacita dalam
perintah-perintah dalam Alkitab (Mzm 112:1; 119:1-176).
Inilah berkat yang dialami semua orang
yang takut kepada Tuhan dan hidup benar di hadapan-Nya. Hidupnya akan penuh
dengan kesukaan menaati firman Tuhan (Mzm 112:1). Inilah paradoks yang indah:
takut yang benar akan Tuhan mendatangkan kesukaan hidup. Bagi sebagian orang
menaati peraturan adalah semata-mata kewajiban legalistik sehingga hal itu
merupakan suatu keterpaksaan. Namun bagi kita, peraturan Tuhan justru
menyukakan hati karena itu adalah jati diri orang Kristen. Kita menyadari bahwa
hidup yang dijalani adalah anugerah Tuhan sehingga setiap peraturan Tuhan diyakini
sebagai hal yang mendatangkan kebaikan semata-mata (Rm 8:28). Kita tahu bahwa
dengan menerapkan firman Tuhan sepenuhnya dalam hidup, kita akan tinggal dalam
ruang anugerah Tuhan. Dengan pemahaman ini, hidup kita tidak akan pernah goyah
apalagi sampai meragukan kebaikkan Tuhan (Mzm 112:6-7) bahkan ketika kita
berhadapan dengan para musuh (Mzm 112:8). Kita bahkan dimampukan bukan hanya
menerima berkat (Mzm 112:2-3) untuk dinikmati sendiri melainkan juga menyalurkan
berkat untuk memberkati orang lain (Mzm 112:4-5,9). Salah satu bentuk berkat
yang dialami adalah pelipatgandaan, yaitu berkat keturunan (Mzm 112:2).
Kebahagiaan kita bukan ditentukan dari
dan oleh ukuran dunia ini yang serba permisif dan melawan Allah karena dunia
ini ada di bawah penghukuman Allah. Tetapi saat kita hidup seturut firman-Nya,
kita mengalami pemeliharaan Allah dan sukacita yang tidak dapat dipadamkan oleh
tantangan dan hujatan dunia ini.
Kata “takut” biasanya berhubungan dengan
keadaan jiwa yang tertekan dan tidak tenang. Namun, pengertian tersebut berbeda
dalam perikop ini. “Takut” di sini dapat berarti “hormat kepada” atau “kagum
akan.” Kita yang berhadapan dengan kuasa dan kehadiran Allah akan merasa takut
kepada-Nya (kagum atau hormat kepada Allah) karena peristiwa itu telah
membangkitkan keinginan untuk hidup benar di hadapan Allah, dan tunduk terhadap
kekuasaan-Nya. Itulah sebabnya kalimat “takut akan Tuhan” dipakai sejajar
dengan pengertian “mengabdi” (Ul 6:13), “mengasihi” (Ul 10:12), “beribadah” (Ul
10:20), “hidup menurut jalan-Nya” (Ul 8:6) dan “melakukan ketetapan-Nya” (Ul
6:4). Orang percaya, yang memuji perbuatan besar Allah dan beribadah, akan
merasakan aliran kebahagiaan dan kekaguman yang luar biasa hingga akhirnya
mengabdikan hidup mereka seluruhnya kepada Tuhan.
Takut akan Tuhan dan cinta firman-Nya
akan menerima kelimpahan harta yang luar biasa, sekalipun kehidupannya juga tak
lepas dari beragam ancaman (Ul 6:7-8). Harta di sini, bagi pemazmur, bukanlah
sepenuhnya bermuara pada harta materi. Hal ini sering menimbulkan salah paham,
bahwa orang yang berlimpah harta materi dapat membanggakan diri bahwa Allah
berkenan kepada mereka. Sebenarnya pemazmur menyampaikan pesan bahwa berkat
materi diperoleh bukan karena mengumpulkan, tetapi karena memberi dengan
bermurah hati. Harta terindah bagi kita yang takut akan Tuhan adalah anak
cucunya akan perkasa di bumi (Ul 6:2), kebajikan (Ul 6:3), mengalami terang
dalam gelap (Ul 6:4), memiliki hati yang pengasihi (Ul 6:4), iman yang tak
goyah (Ul 6:6), hati yang tetap teguh, penuh kepercayaan kepada Tuhan (Ul 6:7S).
Tuhan Yesus memberkati.
Pesan Pastoral:
10 Juni 2018
Marilah
kita menjadi pribadi “SADAR” rohani yaitu dengan memberikan yang terbaik bagi
ALLAH dalam hidup ini. Tuhan berpihak kepada kita yang hidup dengan takut
akan Allah. Tuhan tidak pernah membiarkan hidup kita menderita dalam kegelapan,
ada jaminan pemeliharaan. Inilah ciri rohani umat Kristiani yang mensyukuri
sungguh-sungguh berkat Tuhan yang bekerja terus-menerus dalam kehidupannya.
Winner Voice
“Orang yang takut
akan Tuhan selalu merenungkan perbuatan Tuhan”.
Pengakuan Iman
Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN,
yang sangat suka kepada segala perintah-Nya. (Mazmur 112:1)
Aku mau memuji
Tuhan setiap waktu dengan segenap jiwa dan kekuatanku
Aku berbahagia
sebagai orang yang takut akan ALLAH; “mengabdi”, “mengasihi”, “beribadah”,
“hidup menurut jalan-Nya” dan “melakukan
ketetapan-Nya”.
Asal aku setia melakukan
perintah Tuhan, maka aku akan mendapat kebahagaian hidup, ya aku dan semua
keturunanku. Amin.
No comments:
Post a Comment