TUHAN Allah berfirman: "Tidak
baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong
baginya, yang sepadan dengan dia." (Kejadian 2:18)
“Seorang Penolong Baginya”
Penciptaan alam semesta diakhiri oleh
penciptaan secara khusus manusia. Sekalipun banyak sekali yang telah diciptakan
Tuhan untuk manusia, tetapi Allah mengetahuai bahwa manusia memiliki kodrat
yang harus dipenuhi yaitu rasa sepi dan “rasa kurang puas”. Allah telah
berencana untuk menyediakan seorang teman yang dapat memenuhi kerinduan hati
manusia. Maka diujung penciptaan itulah wanita diciptakan melalui tulang rusuk
lak-laki.
Manusia diciptakan untuk bersekutu dan
berteman, maka manusia hanya dapat menikmati hidup sepenuhnya apabila dapat
berbagi kasih, kepercayaan dan pengabdian ada di lingkungan sebuah hubungan
yang intim.
Allah menyediakan manusia seorang
penolong yang sepadan, karena semua ciptaan yang lain bukanlah mahluk yang
memiliki kesetaraan dengan manusia itu. Penolong sepadan bagi manusia adalah wanita,
karena akan menjadi orang yang dapat ikut berbagi tanggung jawab dengan
laki-laki, menanggapi sifat laki-laki dengan pengertian dan kasih, serta
bekerja sama sepenuhnya dengan laki-laki itu dalam melaksanakan rencana Allah.
Bila dalam kisah penciptaan pertama
secara konseptual sudah dijelaskan bahwa pria dan wanita diciptakan setara
sebagai gambar Allah (Kej 1:27), proses penciptaan wanita menunjukkan dan
memperlihatkan kesetaraan itu.
Pertama, wanita diciptakan untuk menjadi
penolong yang sepadan (Kej 1:18). Mengapa? Karena tugas manusia untuk mengelola
taman Eden bukan untuk dikerjakan sendirian. Semua binatang yang diciptakan
Allah sebelum manusia pertama dijadikan, tidak dapat disepadankan dengan
dirinya (Kej 1:20). Maka wanita diciptakan sebagai "penolong yang
sepadan" untuk mendampingi manusia itu dalam menunaikan tugas mulia
tersebut. Penolong sering dimengerti sebagai sekadar asisten yang berstatus
lebih rendah daripada yang ditolong. Padahal kata yang sama digunakan juga
untuk menyatakan bahwa Allah adalah penolong Israel (Ul 33:26). Oleh karena
itu, penolong di sini justru memiliki fungsi komplementer artinya saling
melengkapi. Wanita diciptakan untuk melengkapi pria, sehingga keduanya dapat
mewujudkan karya pemeliharaan Allah bagi dunia ini.
Kedua, wanita diciptakan dari tulang
rusuk laki-laki, itulah sebabnya manusia itu bisa menyatakan tentang
pasangannya, "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku
… "(Ul 33:23). Ada tekanan kesatuan esensi pria dan wanita.
Kesatuan esensi inilah yang mendorong adanya persatuan suami istri yang melebihi
sekadar persatuan tubuh, melainkan juga dalam setiap aspek kehidupan.
Ketiga, kesetaraan inilah yang harus
mendasari pernikahan Kristen. Pria dan wanita yang sama derajat di hadapan
Allah memberi diri dipersatukan agar dapat dipakai Allah untuk menjadi alat
anugerah-Nya bagi dunia ini. Persatuan ini harus dipelihara dengan tetap saling
memberi diri sebagai wujud saling melengkapi, serta menjaga keterbukaan satu
sama lainnya (Ul 33:25).
Keempat: sebuah pertanyaan mengapa harus
laki-laki dan perempuan? pertanyaan ini mungkin hanya dapat dipahami bagi orang
yang telah merasakan "dinamika" hubungan antara pria dan wanita.
Jelas hanya Tuhan yang bisa menjawab dengan sempurna pertanyaan ini, tetapi jelas
laki-laki adalah sosok yang tidak menemukan pendamping yang sepadan terhadap
semua ciptaan lain yaitu binatang atau tumbuhan (Kej 2:20). Allah kemudian
tampil dengan menciptakan wanita sebagai satu-satunya yang bisa mengisi peran
pendamping yang sepadan itu (Kej 2:21-22). Tetapi Allah melakukan ini setelah
suatu penilaian yang mengejutkan: keadaan ‘pria’ yang sendirian itu tidak baik!
(Kej 2:18) Dengan kata lain, manusia itu (Ibrani: ha’adam) tidak lengkap /
sempurna tanpa wanita.
Kedua pihak yaitu pria dan wanita,
adalah makhluk-makhluk yang diciptakan Allah untuk saling melengkapi dan saling
menolong. Karena itu, fakta bahwa pasangan hidup, pacar, ataupun rekan
kerja/sepelayanan yang berbeda gender, berbeda cara berpikir, bertindak adalah sesuatu yang harus kita syukuri.
Hal-hal demikianlah yang seharusnya
mendasari terjadinya pernikahan dan membentuk keluarga yang berbahagia.
Tuhan Yesus memberkati.
Pesan Pastoral:
10
Juni 2018
Marilah
kita menjadi pribadi “SADAR” rohani yaitu dengan memberikan yang terbaik bagi
ALLAH dalam hidup ini. Memahami dasar penciptaan manusia, maka kita akan
menyadari kodrat diri sehingga kita dapat bersikap tepat seperti dalam
rancangan Allah yang sempurna.
Winner Voice
Perbedaan gender adalah karya Allah, dan
relasi yang terjadi di antara keduanya mencerminkan gambar Allah dan kasih-Nya
yang agung.
Pengakuan Iman
Aku adalah
ciptaan Allah untuk mengerjakan karya-karya baik untuk kemuliaan nama-NYA.
Aku mengasihi
keluargaku dan berjuang untuk keutuhan dan kebahagian keluarga dalam pertolongan
Tuhan.
Kiranya Tuhan
menolong aku dan keluarga ku untuk menjadi orang yang benar dan berkenan
kepada-MU. Amin.....
No comments:
Post a Comment