Dengarlah,
hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap
hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. (Ulangan 6:4-5)
Belajar Mencintai Tuhan
Seluruh aspek kehidupan
Israel didasari oleh hubungan cintanya dengan Tuhan. Di dalam cinta ini
terkandung komitmen dan kesetiaan yang menyeluruh dan total. seluruh bagian
kehidupan orang Israel terikat pada hubungan yang penuh kasih kepada Tuhan. Hal
ini digambarkan dalam sebuah seruan yang sering disebut sebagai syema yitsrael,
yaitu suatu panggilan bagi Israel untuk mendengar firman Tuhan. Ulangan 6:1-12
memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan iman Israel. Mereka mengucapkan
seruan ini tiga kali dalam sehari, dan tidak ada penyembahan pada Hari Sabat di
rumah ibadah tanpa menyerukannya. Syema ini merupakan pengakuan iman monoteisme
Israel yang paling mendasar. Isinya menegaskan bahwa Allah secara total berbeda
dengan yang lain. Ia menyatakan diri- Nya kepada Israel dan dapat dipercaya
karena Ia tidak berubah.
Melalui sebuah seruan
orang Israel diajar untuk memilih persekutuan yang intim dengan Tuhan sebagai
prioritas utama. Pertama, harus tertanam dalam hati (Ul 6:6); bahkan harus
sudah tertanam dalam hati sejak kanak-kanak (Ul 6:7); kedua, harus menjadi
bagian hidup sehari-hari (Ul 6:7); ketiga, harus menjadi identitas pribadi (Ul
6:8); identitas keluarga serta masyarakat (Ul 6:9).
Kasih kepada Tuhan
memang tidak bisa dinyatakan hanya dengan kata-kata belaka. Kasih harus
dinyatakan di dalam perbuatan dan termanifestasi di dalam pelayanan. Pelayanan
yang dimaksud bukan hanya sekadar terlibat menjadi petugas mimbar, majelis atau
menjadi pengurus gereja. Paling yang utama diminta Tuhan bukanlah kecakapan
untuk memimpin, berorganisasi, berkhotbah atau bernyanyi, melainkan hati yang
mengasihi BELIAU (Yoh 21:15-19). Tanpa kasih kita kepada Tuhan, pelayanan dapat
menjadi jerat bagi kita. Hal itu menyedihkan hati Tuhan. Seluruh pelayanan
kita, tanpa dilandasi oleh kasih kepada Tuhan, tidak akan berarti apa-apa di
hadapan Tuhan (Why 2:1-5).
Belajar mengasihi ALLAH
dari peristiwa Tuhan Yesus menanyai Petrus sampai tiga kali? Kita tentu ingat
bahwa sebelum penyaliban Yesus, Petrus telah menyangkal Yesus sebanyak tiga
kali. Padahal sebelumnya, Petrus telah menyatakan bahwa kasih dan pada Kristus
lebih besar dari murid-murid yang lain (Mat 26:35). Pertanyaan Tuhan Yesus yang
pertama mengingatkan Petrus akan kesombongannya, saat ia menyatakan diri lebih
setia dibanding murid-murid lainnya (Yoh 21:15). Pertanyaan Tuhan Yesus ke dua mengingatkan
Petrus yang merasa mengenal dirinya sendiri (Yoh 21:16). Pertanyaan Tuhan Yesus
ke tiga, Petrus pun tidak bisa merasa yakin akan dirinya dan merasa lebih baik
percaya kepada Allah yang mengetahui segala sesuatu (Yoh 21:17). Ini merupakan
langkah besar di dalam pertumbuhan iman Petrus yang selanjutnya melayani Tuhan
Yesus dengan sangat luar biasa bahkan rela berkorban jiwa.
Bagi kita saat ini,
bila kita benar-benar mengasihi Tuhan, mari kita nyatakan dengan benar. Mulai
dengan menghilangkan kesombongan diri, jangan merasa paling tahu dan merasa
lebih baik dari pada yang lain. Kita tetap memiliki kerendahan hati dan
kerelaan untuk berkorban bagi kemuliaan nama Tuhan Yesus? Selanjutnya layanilah
Tuhan dengan penuh kasih.
Tuhan Yesus memberkati
Pesan Pastoral:
7 Januari 2018
Marilah
kita menjadi pribadi “SADAR” rohani yaitu dengan memberikan yang terbaik bagi
ALLAH dalam hidup ini. Apakah kita masih mencintai Tuhan ? marilah kita serukan
dalam diri sendiri untuk tetap mencintai Tuhan dan termanifestasi melalui
ketaatan dan komitmen untuk melayani Tuhan dengan sunguh-sunguh.
Winner Voice.
Marilah
memiliki komitmen kuat untuk menyukakan hati ALLAH dengan melayani-NYA sebagai
wujud terdalam rasa cinta kepada-NYA
Pengakuan Iman
Aku
akan selalu menyerukan bahwa TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Aku mengasihi TUHAN, Allahku, dengan segenap
hatiku dan dengan segenap jiwaku dan dengan segenap kekuatanku. Amin (Ulangan 6:4-5)
No comments:
Post a Comment