Terpujilah
TUHAN, gunung batuku, yang mengajar tanganku untuk bertempur, dan jari-jariku
untuk berperang; yang menjadi tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, kota
bentengku dan penyelamatku, perisaiku dan tempat aku berlindung, yang
menundukkan bangsa-bangsa ke bawah kuasaku! (Mazmur 144:1-2)
Allah Andalanku
Sebagai raja yang takut
akan Tuhan, Daud memaparkan pengalaman hidupnya. Dia harus melalui berbagai
kesulitan khususnya terhadap mertuanya sendiri Raja Saul. Hal utama yang Daud lakukan
di dalam keberhasilan adalah bersyukur dan tetap memohon berkat Allah. Daud
sadar bahwa Tuhanlah yang telah menjadikan dia sebagai raja yang memiliki
kekuasaan tertinggi di negara yang dia pimpin. Ia sadar sepenuhnya bahwa
keberhasilannya berasal dari Tuhan (Mzm 144:1-2). Tuhanlah yang telah membuat
tangan dan jari-jarinya terampil dalam
peperangan, sehingga ia menjadi prajurit yang terlatih. Daud menyadari bahwa
semua kebaikan Allah merupakan anugerah yang sebenarnya tidak layak menerimanya
(Mzm 144:3, 4).
Daud terlatih untuk
selalu hidup dalam hadirat Allah. Sekalipun berkedudukan sebagai raja, tetap memohon
pertolongan kepada Allah untuk masalah apapun yang di hadapi (Mzm 144:5-11). Dan
sekalipun dalam situasi bahaya yang sedang dihadapi, Daud tidak hanya memohon
tapi selalu dilanjutkan dalam pujian kepada ALLAH (Mzm 144: 9). Ia tidak
sekadar berserah kepada Tuhan tetapi aktif hidup dan berjalan di dalam hadirat,
pengertian dan berkat Tuhan.
Meski harus terus
menghadapi banyak masalah, Daud sanggup menatap masa depan dalam terang
penyertaan dan berkat Tuhan (Mzm 144:12-15). Bahkan Daud memohon berkat bagi
generasi penerus, agar tumbuh berkemampuan besar dan mengukir masa depan yang
mulia (Mzm 144:12). Ia juga meminta agar kondisi ekonomi mereka makmur (Mzm
144:13). Daud tak lupa memohon berkat agar seluruh umat hidup dalam keamanan (Mzm
144:14).
Daud adalah teladan
baik bagi kita yang menginginkan masa kini dan masa depan yang sejahtera.
Meneladani Daud, kita perlu belajar untuk melihat perjalanan hidup dan sejarah
sebagai karya-karya Allah yang melibatkan iman, ketaatan, dan ungkapan syukur secara
nyata.
Marilah kita memuji
Tuhan bukan ketika keadaan damai dan bahagia saja. Dalam keadaan apa pun kita sepantasnya
memuji Allah (Mzm 144:6-7,11). Orang percaya seharusnya memuji Tuhan dalam
segala keadaan karena kasih dan kemurahan Allah yang ajaib. Kemurahan ajaib itu
nampak ketika Allah "prihatin" terhadap manusia yang rapuh dan tidak
berarti (Mzm 144:3-4).
Kemurahan dan kebaikan
Allah yang ditujukan kepada kita telah menempatkan Allah pada posisi teratas
dari apa pun yang ada di alam semesta ini. Itu berarti bahwa tidak ada yang
lain selain Allah sendiri yang menjadi gunung batu, kubu pertahanan, kota
benteng bagi manusia. Allahlah satu-satunya pengharapan manusia (Mzm 144:1-2).
Kita harus bersandar hanya
pada kebaikan Allah. Kualitas hidup yang baik, tidak dilihat sebagai upah bagi
mereka yang menerima kebaikan Allah. Tetapi semua itu harus dilihat sebagai
bagian dari kebaikan Allah semata-mata. (Mzm 144:12-15). Kebaikan Allah yang
paling hakiki ialah keselamatan kekal dalam Yesus Kristus. Keselamatan itu adalah
kenyataan masa kini dan pengharapan masa depan. Karena itu pujilah Allah dengan
sepenuh hati dalam segala hal!
Tuhan Yesus memberkati
kita
Pesan Pastoral: 19 Nofember 2017
Marilah
kita memberikan yang terbaik bagi ALLAH
dengan menjadi pribadi yang “SADAR” rohani. Mengandalkan Tuhan dalam segala hal
adalah suatu keharusan bagi setiap orang percaya, kesadaran ini adakan membawa
kita kepada kebaikkan hidup, bagi di masa sekarang atau masa yang akan datang.
Winner Voice.
Orang
mengandalkan Tuhan akan sejahtera sekalipun dalam kesulitan, orang yang
mengandalkan diri sendiri akan mengalami kesulitan dan tidak mendapatkan
kesejahteraan.
Pengakuan Iman
Terpujilah
TUHAN, gunung batuku, yang meneguhkan buah tanganku dan membuat segala sesuatu
berhasil; ALLAH menjadi tempat
perlindunganku dan kubu pertahananku, kota bentengku dan penyelamatku,
perisaiku dan tempat aku berlindung, yang menundukkan lawanku ke bawah kuasaku!
Amin (Mazmur 144:1-2)
No comments:
Post a Comment