Siapa
bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada
jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan
yang ada di Taman Firdaus Allah." (Wahyu 2:7)
Peringatan Kepada 7
Jemaat
Surat untuk jemaat di
Efesus (2:2-7)
Gereja di Efesus (Wahyu 2:1-7) sangat sukses tapi dikatakan mulai kehilangan kasih mula-mula, motivasi yang sangat penting dalam hidup kekristenan.
Apabila kita melihat surat ini dari sudut pandang sejarah gereja, banyak gereja yang mulai kehilangan kasih mula-mula selama periode setelah kematian para rasul, yang berlangsung dari 70 M sampai bait suci di Yerusalem dihancurkan (sekitar 160 M). selama masa tersebut, banyak gereja telah beralih dari pelayanan penuh kasih menjadi institusi religius yang formal tanpa kasih. Gereja menjadi penuh dengan konflik dan argumentasi teologis
Gereja di Efesus (Wahyu 2:1-7) sangat sukses tapi dikatakan mulai kehilangan kasih mula-mula, motivasi yang sangat penting dalam hidup kekristenan.
Apabila kita melihat surat ini dari sudut pandang sejarah gereja, banyak gereja yang mulai kehilangan kasih mula-mula selama periode setelah kematian para rasul, yang berlangsung dari 70 M sampai bait suci di Yerusalem dihancurkan (sekitar 160 M). selama masa tersebut, banyak gereja telah beralih dari pelayanan penuh kasih menjadi institusi religius yang formal tanpa kasih. Gereja menjadi penuh dengan konflik dan argumentasi teologis
Surat untuk jemaat di
Smirna (2:8-11)
Kata Smirna (Wahyu 2:8-11) berarti myrrh atau mur, semacam bubuk untuk wewangian. Sebuah nama yang sesuai untuk gereja abad pertama di Smirna , yang mengharumkan nama Kristus. Secara historis, gereja di Smirna mewakili periode para martir yang berlangsung dari 160 M hingga kebangkitan Constantine Agung (324 M).
Kata Smirna (Wahyu 2:8-11) berarti myrrh atau mur, semacam bubuk untuk wewangian. Sebuah nama yang sesuai untuk gereja abad pertama di Smirna , yang mengharumkan nama Kristus. Secara historis, gereja di Smirna mewakili periode para martir yang berlangsung dari 160 M hingga kebangkitan Constantine Agung (324 M).
Surat untuk jemaat di
Pergamus (2:12-17)
Pergamus (Wahyu 2:12-17) artinya menikah. Dan di jaman ini, gereja telah ”menikahi” dunia. Semua sistem nilai dan norma dari dunia telah masuk dalam gereja. Periode ini berlangsung dari naiknya Constantine Agung (324 M) hingga abad ke-6 ketika masa ke-paus-an dimulai. Saat ini adalah saat ”pernikahan” antara gereja dan negara dimana Constantine menjadikan kristen sebagai agama resmi kerajaan Roma. Selama ini, gereja memiliki popularitas tinggi, tetapi seiring dengan meningkatnya pengaruh politik gereja, pengaruh spiritualnya berkurang
Pergamus (Wahyu 2:12-17) artinya menikah. Dan di jaman ini, gereja telah ”menikahi” dunia. Semua sistem nilai dan norma dari dunia telah masuk dalam gereja. Periode ini berlangsung dari naiknya Constantine Agung (324 M) hingga abad ke-6 ketika masa ke-paus-an dimulai. Saat ini adalah saat ”pernikahan” antara gereja dan negara dimana Constantine menjadikan kristen sebagai agama resmi kerajaan Roma. Selama ini, gereja memiliki popularitas tinggi, tetapi seiring dengan meningkatnya pengaruh politik gereja, pengaruh spiritualnya berkurang
Surat untuk jemaat di
Tiatira (2:18-29)
Gereja di Tiatira (Wahyu 2:18-29) adalah gereja yang ”berzinah”, paling tercemar. gereja ini menyimbolkan periode dark ages dalam sejarah kekristenan, periode dimana gereja telah kehilangan kemurnian dan semangatnya, ketika gereja disusupi oleh tahayul dan kepercayaan pagan. Dark ages berlangsung dari abad ke-7 hingga saat reformasi (abad ke-16)
Gereja di Tiatira (Wahyu 2:18-29) adalah gereja yang ”berzinah”, paling tercemar. gereja ini menyimbolkan periode dark ages dalam sejarah kekristenan, periode dimana gereja telah kehilangan kemurnian dan semangatnya, ketika gereja disusupi oleh tahayul dan kepercayaan pagan. Dark ages berlangsung dari abad ke-7 hingga saat reformasi (abad ke-16)
Surat untuk jemaat di
Sardis (3:1-6)
Gereja di Sardis (Wahyu 3:1-6) telah menemukan kebenaran, namun kehilangan kekuatannya. Gereja membangun reputasi yang baik, tetapi sesungguhnya tercemar dan ”mati”. Kekristenan di Sardis adalah kekristenan hanya dalam nama. Yesus mengatakan kepada mereka, ”Engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati”. Dari luar mereka mengakui Kristus tetapi tidak hidup dalam hidup keagamaan yang benar. Hal ini menggambarkan periode Reformasi, dari abad ke-16 hingga abad ke-18.
Gereja di Sardis (Wahyu 3:1-6) telah menemukan kebenaran, namun kehilangan kekuatannya. Gereja membangun reputasi yang baik, tetapi sesungguhnya tercemar dan ”mati”. Kekristenan di Sardis adalah kekristenan hanya dalam nama. Yesus mengatakan kepada mereka, ”Engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati”. Dari luar mereka mengakui Kristus tetapi tidak hidup dalam hidup keagamaan yang benar. Hal ini menggambarkan periode Reformasi, dari abad ke-16 hingga abad ke-18.
Surat untuk jemaat di
Filadelfia (3:7-13)
Gereja di Filadelfia (Wahyu 3:7-13) adalah gereja yang sangat hebat dimana Tuhan tidak memiliki kritik untuk gereja ini. Tuhan menyebutkan gereja di Filadelfia karena kesetiaan dan kebenarannya. Gereja ini mewakili gereja pada abad ke-19, saat kebangkitan rohani terjadi, dimana gereja lebih memfokuskan pada Roh kudus daripada mendapatkan kekuatan politis. Gereja pada periode ini berkembang hingga ke ujung bumi melalui gerakan pelayanannya.
Gereja di Filadelfia (Wahyu 3:7-13) adalah gereja yang sangat hebat dimana Tuhan tidak memiliki kritik untuk gereja ini. Tuhan menyebutkan gereja di Filadelfia karena kesetiaan dan kebenarannya. Gereja ini mewakili gereja pada abad ke-19, saat kebangkitan rohani terjadi, dimana gereja lebih memfokuskan pada Roh kudus daripada mendapatkan kekuatan politis. Gereja pada periode ini berkembang hingga ke ujung bumi melalui gerakan pelayanannya.
Surat untuk jemaat di
Laodikia (3:14-22)
Gereja di Laodikia (Wahyu 3:14-22) mengatakan "Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa” dan Tuhan mengatakan, “engkau tidak tahu bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang.” Tuhan menggambarkan dirinya berdiri di luar pintu gereja, mengetuk untuk masuk. “Engkau tidak dingin dan tidak panas” kata Tuhan. Jemaat di Laodikia tidak seperti jemaat di Sardis yang dingin dan “mati”, tidak juga seperti jemaat di Filadelfia yang panas dan hidup. Jemaat di Laodikia adalah suam-suam kuku.
Setiap gereja di kitab wahyu mewakili rentang waktu tertentu dalam sejarah, dan apabila kita melihat kembali sejarah gereja selama ini, dapat dilihat bahwa simbol nubuatan ini memang akurat. Dan Laodikia menyimbolkan gereja di jaman akhir – jaman kita. Kita memang hidup di manaLaodikia, dimana gereja menganggap dirinya kaya tetapi sebenarnya miskin, dan suam-suam kuku, tidak panas maupun dingin.
Gambaran ini adalah generalisasi keadaan, banyak jemaat yang tetap panas dan hidup, walaupun di jaman yang suam-suam kuku ini. Tantangan kita adalah bagaimana kita hidup seperti jemaat di Filadelfia walaupun kita hidup di jaman Laodikia. Apabila kita melakukannya, Yesus mengatakan bahwa janji dalam Wahyu 3 akan menjadi milik kita :
“Barangsiapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Akupun telah menang dan dduk bersama-sama dengan BapaKu di atas takhta-Nya. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan pa yang dikatakan oh kepadajemaat-jemaat.” (3:21-22).
Gereja di Laodikia (Wahyu 3:14-22) mengatakan "Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa” dan Tuhan mengatakan, “engkau tidak tahu bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang.” Tuhan menggambarkan dirinya berdiri di luar pintu gereja, mengetuk untuk masuk. “Engkau tidak dingin dan tidak panas” kata Tuhan. Jemaat di Laodikia tidak seperti jemaat di Sardis yang dingin dan “mati”, tidak juga seperti jemaat di Filadelfia yang panas dan hidup. Jemaat di Laodikia adalah suam-suam kuku.
Setiap gereja di kitab wahyu mewakili rentang waktu tertentu dalam sejarah, dan apabila kita melihat kembali sejarah gereja selama ini, dapat dilihat bahwa simbol nubuatan ini memang akurat. Dan Laodikia menyimbolkan gereja di jaman akhir – jaman kita. Kita memang hidup di manaLaodikia, dimana gereja menganggap dirinya kaya tetapi sebenarnya miskin, dan suam-suam kuku, tidak panas maupun dingin.
Gambaran ini adalah generalisasi keadaan, banyak jemaat yang tetap panas dan hidup, walaupun di jaman yang suam-suam kuku ini. Tantangan kita adalah bagaimana kita hidup seperti jemaat di Filadelfia walaupun kita hidup di jaman Laodikia. Apabila kita melakukannya, Yesus mengatakan bahwa janji dalam Wahyu 3 akan menjadi milik kita :
“Barangsiapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Akupun telah menang dan dduk bersama-sama dengan BapaKu di atas takhta-Nya. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan pa yang dikatakan oh kepadajemaat-jemaat.” (3:21-22).
Tuhan Yesus memberkati
(http://www.sarapanpagi.org/wahyu-ps-2-3-7-surat-untuk-ke-7-jemaat-vt2023.html)
Pesan Pastoral : 27 Agustus 2017
Marilah
kita memberikan yang terbaik bagi ALLAH
dengan menjadi pribadi yang “SADAR” rohani. Kita harus belajar dari keberadaan
jemaat awal agar tidak terjerumus dalam kesalahan yang sama dan dapat
memperbaikki diri untuk dipersiapkan sebagai mempelai Tuhan Yesus di akhir
jaman ini.
Winner Voice
Berjemaat dengan terus mengarahkan diri pada
kesempurnaan KristusSiapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang
dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan
dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah.".
Pengakuan Iman
Aku siap
mendengarkan, aku hendak mendengarkan apa yang dikatakan Roh Kudus kepada
jemaat-jemaat: Karena bila aku menang, aku akan diberi makan dari pohon
kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah.
(Wahyu 2:7)
No comments:
Post a Comment