Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu
yang di sorga adalah sempurna.” (Matius 5:48)
Haruslah
Sempurna, Sama Seperti Bapa Sorgawi
Tujuan dari akhir kehidupan di dunia ini adalah
menjadi sempurna sama seperti Bapa di sorga yang adalah sempurna. Ini adalah
standar moral dan tingkat hidup orang percaya yang harus kita capai sehingga
kita menjadi pribadi yang sebenarnya layak untuk tinggal dalam Sorga. Sayangnya
tidak banyak orang percaya serius untuk mempersoalkan atau memperjuangkan hal ini.
Jika yang sungguh-sungguh saja sukar untuk mencapai kesempurnaan apalagi yang
tidak serius untuk hidup sesuai dengan standar moral ALLAH.
Walaupun Paulus adalah seorang Rasul Allah tetapi beliau
tetap berjuang dan terus mengejar apa yang dinamakan kesempurnaan, dimana beliau
mau mempertaruhkan seluruh kehidupannya hanya untuk melayani pekerjaan Tuhan. (Fil
3:12) lalu bagaimana dengan kita ? Kalau saja seorang Rasul Paulus berjuang
untuk hal yang satu ini dengan sungguh-sungguh, maka kita harus lebih lagi dari
itu. karena kalau Paulus saja gentar jangan-jangan pada akhirnya belliau ditolak
oleh Tuhan (1Kor 9:27), lalu siapa kita?
Tetapi puji syukur kepada TUHAN YESUS, karena kita
sudah ditangkap oleh NYA, artinya kita yang
percaya kepada Allah di dalam nama Tuhan Yesus Kristus pasti menerima janji
keselamatan di dalam Dia. Maka wajarlah kalau kita harus merubah dari cara
hidup kita yang salah dan konsisten meningkatkan kualitas diri untuk menuju
kesempurnaan. (I Pet 1:18-19).
Berjuang untuk bisa hidup dalam kesempurnaan seperti
yang Allah kehendaki, hal ini ibarat sebuah perlombaan. Firman Tuhan mengatakan
kalau kita ini ada di dalam perlombaan yang di wajibkan. (Ibr 12:1-2) Kesempurnaan
yang harus di perjuangkan itu adalah pertama – tama dengan hidup kudus karena
ALLAH itu kudus adanya (Im 19:2; 20:7; 26; I Pet 1:16). Setiap orang
percaya memang diperintahkan untuk menjadi kudus dalam seluruh hidupnya, sebab
menjaga kekudusan hidup itu sama dengan kita mengejar kesempurnaan, supaya
hidup kita tidak bercacat tidak bercela dihadapan Allah. Allah sendiri yang memerintahkan
supaya kita hidup kudus karena Allah tidak akan bisa menyatu dengan segala
sesuatu yang tidak kudus, jadi kalau kita tidak berjuang untuk hidup kudus maka
kita tidak akan mungkin bisa tinggal bersama-sama dengan Allah dalam
KerajaanNya.
Setiap orang pasti memiliki kesempatan untuk
berjuang mendapatkan kesempurnaan hidup dan masuk dalam hidup yang kekal yaitu dengan
mengikuti satandar moral Tuhan Yesus seperti yang dilakukan oleh Zakhius si
pemungut cukai (Luk 19:1-10). Tetapi sepertinya tidak semua orang mau mengambil
kesempatan itu karena banyaknya alasan dan kepentingan. Seperti yang terjadi
pada orang muda kaya (Mat 19:16-26; Mrk
10:17-27; Luk 18:18-27) dan orang kaya yang tidak memperhatikan hidup
Lazarus miskin (Luk 16:19-31).
Pemuasan terhadap keinginan daging mungkin bisa
terpenuhi lewat harta tetapi itu adalah sebuah perlawanan (hostile) di hadapan
Allah (Rm 8:7,8), sehingga tidak mungkin orang berjuang untuk sempurna tetapi
tetap mementingkan keinginan dagingnya. Ada banyak orang yang ternyata jauh lebih
mementingkan miliknya yang berharga ketimbang Tuhan dalam hidup mereka. Kita
harus rela menyerahkan itu semua jika Tuhan meminta itu, dan itulah yang bisa
membawa kita untuk mencapai kesempurnaan. Kita harus kembali ingat bahwa semua
berasal dari Tuhan. Dibanding apapun yang kita miliki saat ini, tentu Sang
Pemberi harus berada dalam posisi teratas.
TUHAN YESUS MEMBERKATI
TUHAN YESUS MEMBERKATI
Pesan Pastoral : 11 September
2016
Jemaat
Tuhan marilah kita melakukan revolusi rohani. Jadilah “SADAR” dengan selalu memberi diri yang terbaik kepada Tuhan. Marilah kita bangkitkan
kemauan kita untuk melakukan segala sesuatu dengan hasrat mengejar
kesempurnaan, sehingga kita dapat mengharapkan hasil yang terbaik. Amin.
Winner Voice
Alasan mengapa kita harus
berusaha untuk sempurna adalah karena ALLAH kita sempurna adanya.
Pengakuan
Iman (dengan mengangkat tangan kanan)
Karena itu haruslah aku menjadi
sempurna, sama seperti Bapaku yang di sorga adalah sempurna.” Amin (Matius
5:48).
No comments:
Post a Comment