Alkitab memberikan
pandangan bahwa umat manusia pada akhirnya digolongkan dalam dua kelompok,
yaitu: mereka yang ada dalam Kristus dan mereka yang tidak dalam Kristus. Orang
yang tidak didalam Kristus adalah manusia duniawi yaitu manusia biasa yang
tidak rohani (Yun: psuchikos). manusia duniawi semata-mata diperintahkan oleh
naluri alamiahnya (2Pet 2:12), tidak memiliki Roh Kudus (Roma 8:9), berada di
bawah kuasa iblis (Kis 26:18) dan diperbudak oleh kedagingan dan hawa nafsu (Ef
2:3). Manusia duniawi adalah manusia milik dunia, bersahabat dengannya (Yak
4:4) dan menolak hal-hal yang berasal
dari Roh (1Kor 2:14). Orang yang tidak rohani ini tidak mampu mengenal Allah
dan memahami caraNya, tetapi sebaliknya bersandar kepada nalar dan emosi
manusiawi.
Bagi kita yang di dalam
Kristus adalah manusia rohani (Yun: Pneumatikos) yaitu manusia yang memiliki
Roh Kudus di dalam dirinya. Manusia
rohani akan berfikir secara rohani yang mengambil tindakan dengan memikirkan apa
yang menjadi kehendak Allah (1Kor 2:11-13) dan hidup oleh Roh Kudus (Roma
8:4-17; Gal 5:16-26). Manusia rohani otomatis berusaha untuk mengikuti pimpinan
Roh Kudus yang memampukannya melawan keinginan hawa nafsu dan kuasa dosa (Roma
813-14).
Karena itu orang percaya
jangan berhubungan secara sukarela atau beruhubungan intim dengan orang tidak
percaya, sebab hubungan semacam ini akan merusakkan kerohanian kita dengan
terhadap Kristus. Ini meliputi kemitraan dalam dunia usaha, golongan rahasia,
kencan, dan pernikahan. Hubungan orang Kristen orang tidak percaya harusnya
sejauh yang diperlukan dalam kaitan dengan keberadaan bernegara, sosial,
ekonomi dan atau untuk menunjukkan jalan keselamatan kepada orang yang belum
percaya.
Alkitab memberikan
sebuah argumentasi yang kuat bahwa orang percaya yang sudah lahir baru adalah
sebuah Bait Allah tempat Roh Kudus tinggal (Yoh 14:23; 1Kor 6:19) tidak dapat
dirasuk oleh roh jahat dan selalu berseberangan. Alkitab juga memberitahukan
kita orang percaya tidak boleh bersentuhan dengan berhala dalam bentuk apapun
karena berhala pada prinsipnya adalah represintasi dari roh jahat. (Ul 32:17;
1Kor 10:20-21). Karena itu dalam Perjanjian Lama bentuk kenajisan yang paling
berat adalah saat mendirikan patung berhala di dalam Bait Allah sendiri (2Raj
21:7, 11-14). Begitu pula kita tidak boleh menajiskan tubuh kita yang merupakan
tempat kediaman Roh Kudus itu dengan cara mengijinkan roh-roh jahat masuk
kedalamannya termasuk di dalamnya adalah melalui pernikahan (Luk 10:19; 2Tim
2:25-26; 1Yoh 4:4; 5:18).
Dibutuhkan pertobatan
yang sesungguhnya agar mengalami kelahiran baru melalui roh kudus, karena
terkadang pertobatan menuntut pengusiran roh jahat dari orang yang dengan tulus
ingin mengikuti Kristusm tetapi sedang mengalami masalah dengan dosa tertentu.
Sebelum kuasa dan benteng roh jahat itu dihancurkan maka orang duniawi tidka
dapat mengalami keselamatan sepenuhnya sehingga menjadi “bait Allah yang hidup”
(Mat 12:28-29). Prinsipnya adalah bahwa bagi yang belum menikah janganlah
mencoba untuk dekat secara intim dengan orang yang di luar Kristus atau manusia
duniawi. Tetapi bagi yang sudah terlanjur menikah perlu pertobatan yang tulus
sehingga dengan kehidupan yang benar di dalam Kristus kita berharap ada
pertobatan pula terhadap pasangan, sehingga hal ini menciptakan suatu hubungan
yang seimbang sesama orang yang percaya.
TUHAN YESUS MEMBERKATI.
Pesan Pastoral : 24 Nofember 2013
Anak Allah marilah kita melakukan revolusi rohani. Jadilah “SADAR”
(Semangat, Antusias, Dinamis, Agresif dan Radikal) yaitu selalu memberikan yang
terbaik kepada Tuhan.
Menyempurnakan
kekudusan menuntut kita memiliki hubungan yang tepat dengan orang-orang
disekitar kita karena pergaulan buruk akan merusakan kebiasaan baik.
Winner Voice
Roh jahat tidak dapat
hidup berdampingan dengan Roh Kudus dalam diri orang percaya yang sejati.
No comments:
Post a Comment