1Korintus 11:32
Tujuan “TUNDUK PADA
DISIPLIN ALLAH” adalah supaya kita dapat meningkatkan kecerdasan
rohani secara permanent. Tanpa kecerdasan rohani maka disiplin Allah akan
selalu kita anggap sebagai sesuatu yang negatif yaitu hukuman yang menyiksa dan
tidak menyenangkan hati (1Kor 11:30). Tetapi dengan kecerdasan rohani kita
dapat memahami betapa Allah mengasihi kita dan mengetahi mengapa Allah “memaksa”
kita untuk masuk dalam pola disiplin rohani yang membuat kita layak
dihadapan-Nya.
Pertama yang patut dipahami adalah bahwa hukuman Tuhan bertujuan
agar kita tidak akan menerima hukuman kekal bersama dunia ini. Betapa
mengerikan bila akhirnya harus masuk dalam hukuman kekal, karena Allah tidak
mungkin mengingkari hakekat diri-Nya yang Maha Adil sehingga setiap orang yang
bersalah pastilah mendapatkan hukuman. Jadi selama dalam masa anugerah maka
masih berlaku pengampunan, tetapi untuk menempuh pengampunan itu biarkan kita
relakan diri ini mengalami pendisiplinan Allah sepanjang hidup.
Hukuman Allah selama di dunia ini sementara dan dengan tujuan yang
penuh rahmat serta berfaedah bagi semua orang
yang bertobat dan menguji diri dengan benar. (1Kor 11:31). Kunci dari
semua itu adalah terletak pada kesadaran akan kesalahan, bertobat dan mau
introspeksi diri.
Belajar dari raja Daud yang mengakui dan memberitahukan dosa
dengan hati yang tulus, sungguh-sungguh, dan mau bertobat. (Maz 32:5) Sekalipun
raja Daud memiliki posisi yang terhormat dan kekuasaan yang besar tidak membuat
dirinya menjadi sombong dan tetap mau menerima teguran dari nabi Natan seorang
hamba Tuhan yang sederhana. (2 Sam 12), bahkan bersedia menerima konsekwensi
hukuman yang diberikan Tuhan atas kesalahan dan dosa yang dialakukannya. Sikap
diri seperti Daud ini akan senantiasa menghasilkan pengampunan Allah,
penghapusan kesalahan dan karunia kehadiran-Nya yang kekal. Dan untuk mencapai
tingkat semacam ini perlu kecerdasan rohani yang baik, sehingga memahami betapa
penting disiplin rohani yang Allah tetapkan.
Tetapi
bila kita tidak mengakui dosa dan tetap beranggapan bahwa kita tidak berdosa,
sebenarnya kita sedang berdusta dan tidak tinggal dalam kebenaran. (1Yoh 1:8) Rasul
Yohanes dalam ayat diatas menggunakan kata benda untuk kata “dosa” dan bukan
kata kerja untuk menekankan dosa sebagai sifat dasar dalam tabiat manusia. Hal
ini menegaskan bahwa dosa ada sebagai sifat dasar atau kuasa di dalam tabiat
manusia, sehingga dapat di katakan bahwa setiap perbuatan jahat adalah dosa.
Tidak boleh kita kemudian membenarkan perbuatan jahat itu dengan memberikan
alasan bahwa itu disebabkan karena faktor kejiwaan atau sosial ekonomi dll.
(Roma 6:1).
Kita
harus sadar bahwa tabiat berdosa itu selalu mengancam kehidupan dan kita harus
senantiasa mematikan perbuatan dosa ini melalui Roh Kudus yang tinggal di dalam
diri melalui disiplin yang Tuhan telah tetapkan. (Rom 8:13; Gal 5:16-25).
Jikalau kita berkata bahwa ktia tidak pernah berbuat dosa dan oleh karena itu
tidak memerlukan kuasa Allah yang menyelamatkan dan kematian Kristus di kayu
salib adalah sebuah kesia-sian belaka, bahkan yang lebih parah adalah saat
tidak mengakui dosa maka kita sebenarnya telah menjadikan Allah pembohong (Rom
3:23). Tetapi yang jelas bahwa Allah adalah Maha Benar, jadi manusia yang tidak mengakui dosanya atau yang
beranggapan dapat menghapuskan dosanya sendiri dengan perbuatan “baik” berupa
amal dan sedekah adalah yang pembohong itu sendiri. (1Yoh 1:10)
Kita harus mau mengakui dosa kemudian memohon pengampunan dan
penyucian dari Allah. (1Yoh 1:9). Dua hal yang kita dapatkan saat kita mengakui
dosa dengan sepenuh hati dan rela memberi diri menerima konsekwensi hukuman
Allah sebagai bentuk disiplin rohani adalah; pertama kita beroleh pengampunan
dosa dan pendamaian dengan Allah. Allah bersedia di datangi melalui doa-doa dan
pengucapan syukur kita. Dan kedua adalah penyucian atau penghapusan dari segala kesalahan dan pembinasaan kuasa dosa
supaya kita dapat hidup kudus dan layak
menerima kerajaan sorga. (Maz 32:1-5; Ams 28:13; Yer 31:34; Luk 15:18; Rom
6:2-14).
Tuhan Yesus memberkati.
Pesan Pastoral : 14 Juli 2013
Anak Allah marilah kita melakukan revolusi rohani. Jadilah “SADAR”
(Semangat, Antusias, Dinamis, Agresif dan Radikal) yaitu selalu memberikan yang
terbaik kepada Tuhan.
Dinamika kehidupan kita harus membuat kita semakin cerdas memaknai
arti kehidupan yang mengarahkan kita untuk menjadi pribadi yang semakin
berkenan kepada-NYA, karena itu biarlah kita rela untuk menerima disiplin
Allah.
Winner Voice
Kedisiplinan adalah kata indah yang dapat dipahami oleh setiap
orang yang cerdas.
No comments:
Post a Comment