Modal Untuk Menyelesaikan Hidup Dengan Baik
Dalam setiap sesi kehidupan
selalu akan ada hambatan yang menghadang
dan tantangan hidup selalu ada di depan. Seringkali ada keraguan,
kekecewaan, dan keputusasaan dalam perjalanan hidup kita. Dan juga adanya
kesalahan dalam mengambil keputusan oleh sebab kecerobohan yang menyebabkan
jatuh. Bagaimana kita bisa bertahan dalam hidup ini?
Firman Tuhan memberikan
pengertian untuk menyelesaikan perjalanan rohani yang baik yang sepatutnya kita
perhatikan seperti yang tertulis dalam 1Korintus 16:13-14;
Pertama, kita harus berjaga-jaga
(Yun: grēgoreō). Kata ini digunakan dalam beragam konteks, misalnya
menjaga kota (Neh. 7:3; 1Mak. 12:27) atau pintu (Mrk. 13:34-37), bersiap-siap
melakukan sesuatu (Yer. 38:28; Dan. 9:14), menunggu sesuatu atau orang (Luk.
12:37), atau mengantisipasi sesuatu (Why. 3:3). Keragaman penggunaan ini
menimbulkan kesulitan bagi para penafsir. Apa artinya “berjaga-jaga” di ayat
13a? Berjaga-jaga dari apa?
Sebagian
menghubungkannya dengan kedatangan Kristus Yesus yang kedua kali. Dugaan ini
bukan tanpa alasan. Kata kerja grēgoreō memang beberapa kali
muncul dalam konteks menantikan kedatangan Tuhan (Mat. 24:42-43; 1Tes. 5:6-10;
Why. 3:3; 16:15). Dalam Surat 1 Korintus Paulus juga beberapa kali menyinggung
tentang kedatangan Tuhan (1:8; 3:13; 5:5). Sebagian penafsir lain memilih untuk
meletakkan grēgoreō dalam kaitan dengan nasihat-nasihat lain
di 16:13 (“berjaga-jaga – berdiri teguh dalam iman – bertindak seperti
laki-laki – tetap kuat”). Mereka mengaitkan berjaga-jaga di sini dengan hal-hal
buruk yang berpotensi membahayakan dan melemahkan iman mereka seperti berjaga-jaga
dari para pengajar sesat (Kis. 20:31) dan bahwa semua anak Tuhan wajib
berjaga-jaga dari serangan Iblis (1Pet. 5:8). Berjaga-jaga bukan saja dalam
arti menanti (kedatangan), tetapi juga mengantisipasi adanya bahaya, khususnya
untuk menghadapi beragam persoalan dan dosa, misalnya pertikaian (1:10-3:23),
percabulan (6:12-20), penyembahan berhala (8:1-10:33), diskriminasi sosial
(11:17-34), yang semuanya ini dapat melemahkan iman kita.
Kedua, kita harus
berdiri teguh (Yun: stēkō) dalam iman, Masih melanjutkan metafora
pertempuran; menunjuk kepada keberanian diri dan tetap bertahan pada posisi di
depan musuh, tidak mundur apalagi menjadi pengecut dengan melarikan diri (Flp
1:27-28).
Apa artinya “dalam
iman” (Yun: en tē pistei) di sini? iman di sini bukan merujuk pada “perasaan” yakin, melainkan
pada “isi iman”.
Dengan kata lain, iman di sini identik dengan ajaran Injil. Khusunya pengajaran
tentang kematian dan kebangkitan Yesus Kristus (1Kor: 15:3-4; 2 Korintus 1:24;
2Tes. 2:15). Kita harus berdiri teguh pada kebenaran, terutama Injil Kristus.
Beragam ajaran sesat dan pandangan duniawi akan terus datang menyerang, tetapi
mereka harus kokoh di dalam iman yang benar. Itu adalah pondasinya. Dengan
demikian, memiliki iman yang benar adalah lebih penting daripada memiliki iman
yang besar.
Ketiga kita
harus menjadi pribadi yang berani dan kuat. Kata ini diterjemahan dengan kata
“bersikap seperti laki-laki” (Yun: andrizomai). Yang dimaksudkan adalah bersikap seperti laki-laki
dewasa dan bukan sekedar sebagai “laki-laki” atau “sikap kekanak-kanakan”.
Sikap berani dan
kuat (Yun; krataioō/ischyō) selalu dikaitkan hal ini menunjukkan bahwa
keduanya tidak boleh dipisahkan. Keduanya sudah menjadi semacam ungkapan untuk
menghadapi tantangan besar apapun yang ada di depan. Bagi kita, nasihat untuk
menjadi berani dan kuat sangat relevan, karena sikap kurang berani untuk melawan
pandangan duniawi yang mulai mempengaruhi komunitas orang-orang percaya (1Kor 3:1-3;
5:1-13). Ironisnya, justru orang percaya sekarang beraninya melawan sesama
orang percaya. Saling berselisih satu
dengan yang lain (1Kor 1:10-13), bahkan sampai kejalur hukum (1Kor 6:1-11).
Dengan kata lain, mereka telah menggunakan keberanian mereka secara keliru, hanya
jago kandang yang suka bertengkar.
Ke empat haruslah
saling mengasihi satu dengan yang lain. Kita seharusnya aktif dalam mengasihi
sesama dibandingkan dengan mengejar karunia roh yang sekedar membangun diri
sendiri, sedangkan kasih justru dapat membangun sesama. Kasih merupakan elemen
penting dalam kehidupan komunitas. Dengan kasih, akan dapat menyikapi perbedaan
pendapat dengan baik, sehingga tidak terjadi pertikaian. Dengan kasih akan
mendahulukan kepentingan orang lain dan akan mengupayakan hal-hal yang dapat
membangun orang lain. Tidak ada superhero dalam hidup ini maka setiap orang
membutuhkan kehadiran satu dengan yang lain.
Tuhan Yesus
Memberkati.
Pesan Pastoral: 2 Juni 2019
Marilah kita menjadi pribadi “SADAR” rohani yaitu
dengan memberikan yang terbaik bagi ALLAH dalam segala hal. Usaha dengan kekuatan sendiri menjalani
kehidupan dunia yang gelap adalah sebuah kebodohan, karena sebenarnya ALLAH
telah menyediakan kekuatan yang menyertai kita untuk hidup yang baik dengan ROH
Kudus.
Winner Voice
Seorang pengecut
tidak sadar bahwa selangkah bersama Tuhan dapat menghasilkan kemenangan.
Pengakuan Iman
Pembacaan
Firman:
Berjaga-jagalah! Berdirilah dengan teguh dalam iman! Bersikaplah sebagai
laki-laki! Dan tetap kuat! Lakukanlah
segala pekerjaanmu dalam kasih! (1Korintus 16:13-14)
1. Aku mau
berjaga-jaga dan berdiri teguh dalam iman untuk menjadi pemenang dalam hidup
ini bersama Tuhan.
2. Aku akan
bersikap berani dan kuat untuk menghadapi tantangan hidup karena Tuhan
besertaku senantiasa.
3. Dalam
segala hal aku akan melakukan pekerjaanku dalam kasih, aku percaya bahwa bukan
aku saja yang menang tapi juga semua orang yang bersamaku. Amin
No comments:
Post a Comment