(Filipi 1:27-30)
Nasehat
Supaya Tetap Berjuang
Paulus sedang dalam penjara saat menulis surat kepada jemaat di Filipi
(Fil 1:12-13) dan sedang menantikan putusan pengadilan apakah dihukum mati atau
dibebaskan (Fil 1:20-26). Dalam situasi sukar dan tidak menentu seperti itulah,
Paulus memberikan nasehat penting yaitu untuk hidup berpadaan dengan Injil
Kristus.
Kata “berpadanan” (Yun: axiōs) diterjemahkan
dengan kata “layak” (Ing: Worthily). Jadi orang Kristen sudah selayaknya
/ sepatutnya menghidupi Injil. Perilaku hidup seharusnya mencerminkan Injil
yang mulia dan terwujud dalam kehidupan pribadi yang mulia pula. Kebalikan dari
“hidup yang layak bagi Injil” (Fil 1:27a) adalah “hidup sebagai seteru salib
Kristus” (Fil 3:18). Sayangnya sekali ini yang sering terjadi dengan sebagian orang
yang mengaku diri Kristen, tampak dari sikap mementingkan diri sendiri, focus
pada hal yang jasmani sehingga justru menghambat pengabaran Injil. (Fil 3:19).
Kata “hidup” (Yun: politeuomai) merujuk
pada kehidupan seorang warga negara atau keikutsertaannya dalam pemerintahan
dengan segala peraturan dan kebijakan yang perlu dibuat. Konteks kewarganegaraan surgawi (Fil 3:19-20), harusnya dipahami
bahwa kehidupan orang Kristen harus yang layak / pantas sebagai warga negara
surgawi. Contoh; gaya hidup warga negara Romawi terlihat begitu beda dengan
gaya hidup seorang budak, demikian pula seharusnya gaya hidup orang Kristen
harus berbeda dengan gaya hidup orang lain yang menolak Injil.
Bagaimana mengenali orang yang sudah hidup berpadanan dengan Injil
Kristus ? Pertama adalah berdiri teguh
dalam satu roh. Bukan hanya asal berdiri, tetapi berdiri dengan teguh – berdiri
dengan kuat (Rm 14:4; 1 Kor 16:13; Gal 5:1; Flp 4:1; 1 Tes 3:8; 2 Tes 2:15). Bukan hanya keteguhan tetapi juga kesatuan yang
dinyatakan dengan; “satu roh” dan “sehati sejiwa” yang muncul dari Injil (Fil
1:27c). Kesatuan memang bisa terlihat di berbagai konteks, harus ditujukan pada
kesatuan dalam memperjuangan Injil (Fil 1:27-28).
Kata “berjuang” (Yun: synathleō) berarti “bersama-sama berjuang.”
Penggunaan kata “sehati sejiwa” dan “bersama-sama berjuang” Ini berbicara
tentang gaya hidup bergereja yang bukan hanya perorangan tetapi hidup
bersama-sama. Perjuangan demi Injil adalah tanggung-jawab seluruh jemaat dan
bukan hanya hamba Tuhan atau pekerja gereja.
Pada saat berjuang bersama-sama maka harus ditekankan adanya persatuan.
Seringkali kebersamaan tidak disertai kesatuan oleh sebab itu banyak orang justru
semakin banyak persoalan. Seharusnya tidak demikian, tetapi kesatuan harus
mengikat kebersamaan orang banyak. Jangan ada yang mencoba mencari
keuntungan pribadi dari pemberitaan Injil
(Fil 1:15-17). Sikap dalam
pelayanan juga perlu diperhatikan; jangan melayani sambil berbantah-bantah dan
bersungut-sungut, sehingga tidak menjadi kesaksian bagi orang-orang luar (Fil 2:14-16).
Kedua, tidak digentarkan oleh
lawan (ayat 28a). Hidup
berpadanan dengan injil Kristus tidak mudah perlu perjuangan. Selain tantangan
untuk hidup kudus tetapi juga sangat mungkin untuk mengalami penderitaan bahkan
penganiayaan (Fil 1:30; Kis 16:11-40). Bahkan dibutuhkan keberanian yang besar
untuk tetap berjuang demi pemberitaan Injil. Kalaupun ada yang menyakiti, kita
tidak perlu melawan atau membalas. Dalam kekristenan keberanian tidak identik dengan kekasaran,
kesetiaan tidak berkaitan dengan kekerasan, loyalitas tidak berujung pada
kriminalitas. Tetapi orang Kristen akan bertambah kuat iman ketika terjadi
penganiayaan dan tetap bertindak sesuai dengan Injil Kristus. Tetap bersemangat
dan tidak gentar terhadap tantangan dalam memberitakan Injil.
Semangat dan keberanian demi injil merupakan tanda keselamatan dari
Allah. Orang Kristen akan memiliki keberanian memberitakan Injil, berani untuk
membayar harga dan akan merasakan gairah demi sukacita saat memenangkan jiwa. Penderitaan
demi Injil adalah kasih karunia (Fil 1:29-30). Bahwa Iman (Ef 2:8-9) dan
penderitaan (1Pet 2:19-20) adalah sama-sama kasih karunia Allah.
Di tengah zaman yang sangat hedonis, kesenangan dan kenyamaman manusia
diletakkan di barisan paling depan. Segala sesuatu yang tidak menghasilkan
perasaan bahagia serta-merta ditolak. Penderitaan karena kebenaran dihindari.
Kemakmuran dan kesuksesan jasmani dikejar secara membabi-buta. Allah pun
diperalat demi kepuasan dan kenikmatan hidup. Sejatinya iman bukan diukur
berdasarkan kekayaan dan kesuksesan, melainkan kesediaan untuk berjuang dan
berkorban bagi kebenaran. Keyakinan kepada Tuhan diukur dari penyerahan diri
kepada Tuhan Yesus yang memanggil kita untuk menderita.
Tuhan Yesus memberkati.
Pesan Pastoral: 12 Januari
2019
Marilah kita menjadi pribadi “SADAR”
rohani yaitu dengan memberikan yang terbaik bagi ALLAH dalam segala hal. Hidup ini tidak
mudah oleh sebab itu marilah kita berjuang untuk menjadi pribadi yang sesuai
dengan Injil, karena itulah cara yang benar dan tepat agar hidup kita
senantiasa dalam perkenan Tuhan yang memberikan pertolongan.
Winner Voice
Berdiri teguh dalam
kasih, hidup bersama saling menolong dan berjuang untuk iman adalah gaya hidup orang
bergereja.
PENGAKUAN IMAN : Filipi 1:27-28
“ Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan
Injil Kristus, supaya, apabila aku datang aku melihat, dan apabila aku tidak
datang aku mendengar, bahwa kamu teguh berdiri dalam satu
roh , dan sehati sejiwa berjuang untuk iman
yang timbul dari Berita Injil, dengan tiada digentarkan sedikitpun oleh lawanmu. Bagi
mereka semuanya itu adalah tanda kebinasaan, tetapi bagi kamu tanda
keselamatan, dan itu datangnya dari Allah”.
- Aku
berkomitnen untuk selalu hidup yang berpadaan dengan Injil Kristus
- Aku akan
berdiri teguh dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang untuk iman.
- Aku sungguh
percaya kepada berita Injil dan oleh sebab itu aku tidak perlu gentar
menghadapi kuasa kegelapan. Amin